BANDUNG, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat mencatat kenaikan kasus gagal ginjal akut pada anak.
Berdasarkan data terbaru, Dinkes Jabar mencatat total kasus gagal ginjal akut hingga Rabu (26/10/2022) mencapai 41 kasus. Padahal pada akhir pekan lalu, jumlah kasus gagal ginjal di Jabar hanya 33 kasus.
Kepala Dinkes Jabar Nina Susana Dewi mengatakan, dari 41 kasus yang baru ditemukan, 16 orang diantaranya meninggal dunia.
"Kasus ini naik terus. Beberapa hari lalu kan 33, 35 dan sekarang jadi 41 kasus. Meninggal jadi 16 kasus, tetap waspada," ujar Nina di Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/10/2022).
Baca juga: Ada 6 Kasus Gagal Ginjal Akut di Kota Tangerang, 4 Pasien Meninggal Dunia
Nina menjelaskan, sampai saat ini Dinkes Jabar belum bisa memastikan penyebab dari gagal ginjal akut misterius serta faktor kenaikan kasus tersebut. Hingga saat ini, pemerintah pusat masih melakukan riset untuk menemukan penyakit miaterius tersebut.
"Sekarang kami tetap terus mengikuti informasinya. Ternyata, kemarin ada penelitian bahwa zat EG dan DG yang ada dalam obat cair bukan satu-satunya penyebab, ada lainnya," ungkapnya.
Untuk langkah antisipasi, Nina mengatakan saat ini Dinkes Jabar tengah membentuk satuan tugas gagal ginjal akut. Hal itu dilakukan agar proses pemantauan bisa lebih maksimal.
"Iya nanti ada Satgas gagal ginjal. Gubernur mau buat tingkat provinsi dan menunggu, soal sidak juga saat ini Kabid P2P terus koordinasi dengan kabupaten-kota, dan IDAI," katanya.
Baca juga: Dinkes Ambon Belum Temukan Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak
Diberitakan sebelumnya, pada Minggu (23/10/2022), Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat mencatat ada 33 kasus ganggguan ginjal akut di Jabar dan 16 orang diantaranya meninggal dunia.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jabar Ryan Bayusantika Ristandi mengatakan, Dinkes Jabar terus melakukan sosialisasi tentang penghentian sementara obat sirop sebagai langkah antisipasi.
"Jadi kita kembali tegaskan ke seluruh pelayanan kesehatan tentang kebijakan itu, sambil menunggu penelitian yang sedang dilakukan Kemenkes. Intinya, semua obat cair atau sirop diganti dengan tablet yang kandungannya sama dengan obat cair," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.