Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unpad: 85 Persen Bahan Baku Produk Kecantikan Masih Impor

Kompas.com - 03/10/2023, 09:41 WIB
Reni Susanti

Editor

BANDUNG, KOMPAS.com - Hingga kini, bahan baku lokal yang digunakan untuk industri kecantikan baru 15 persen.

Padahal Indonesia memiliki 30.000 spesies tanaman yang 7.000 di antaranya merupakan spesies tanaman berkhasiat. Itu artinya, Indonesia memiliki jutaan resep untuk kecantikan dan kesehatan.

"Saat ini ternyata 85 persen bahan bakunya (produk kecantikan) masih mengimpor untuk memenuhi kebutuhan produksi," ujar Kilala Tilaar dalam sidang promosi doktornya di Kampus Unpad Jalan Dipatiukur Bandung, Selasa (3/10/2023).

Baca juga: Artis Dangdut Buka Klinik Kecantikan Ilegal, Awalnya Uji Coba ke Diri Sendiri

Kilala memaparkan, Indonesia sebagai negara dengan kekayaan hayati yang banyak dan kearifan lokal yang otentik memiliki potensi luar biasa untuk mengisi ceruk pasar tren kosmetik alami.

Dengan didukung inovasi dan pendekatan ilmiah untuk mendukung klaim produk, Indonesia dinilai bisa bangkit secara kompetitif dalam hal tersebut.

Seperti perusahaan yang dipimpinnya, saat ini membina 400 petani di Sukabumi, Ponorogo, dan beberapa daerah di Jawa Tengah untuk menyuplai kebutuhan bahan baku pasar dunia.

Baca juga: Buka Klinik Kecantikan Ilegal di Mobil, Mawar Bintang Pantura Belajar Suntik dari Medsos

"Kami bina dan sertifikasi hingga mereka bisa suplai ke Eropa, ada 200 negara yang kini para petani suplai," ungkap CEO Martatilaar ini menjelaskan.

Namun bila hanya perusahaannya yang bergerak di bidang ini, kontribusinya kecil. Untuk itu diperlukan kerja sama industri kosmetik agar bahan baku ini bisa termaanfaatkan optimal.

Salah satu caranya melalui model alternatif purchase intention. Model yang mengandalkan story telling ini dinilai berguna untuk mengembangkan industri kecantikan berbahan alami di Indonesia.

Misalnya ketika industri kosmetik berbicara tentang manfaat bengkuang untuk mencerahkan, selain cerita yang dibangun di masa lalu juga dibuktikan dengan hasil riset kandungan bengkuang.

"Kami sudah melakukannya sejak tahun 1970an. Dulu orang penasaran dengan rahasia kulit putri keraton. Lalu kami mengeluarkan produk lengkap dengan ceritanya," ucap dia.

Karena anak muda zaman sekarang lebih pintar, maka story telling ini harus dilengkapi dengan data ilmiah khasiat produk ataupun bahan baku.

Dalam model ini pun dituntut pentingnya melibatkan komunitas dan petani. Community empowerment yang terlibat dalam rantai pasok sebuah industri, dapat menjadi kunci sukses dalam menjamin keberlangsungan perusahaan.

Sementara penyuluhan, pendidikan, dan pembinaan masyarakat petani penting dilakukan untuk menghasilkan produk pertanian yang baik dan terstandar agar mendukung kebutuhan industri.

Selain itu, Kilala juga menekankan pentingnya pendidikan mengenai kecintaan dan pengetahuan mengenai keanekaragaman hayati dan budaya agar masyarakat sadar akan potensi bangsanya dan mendukung kecintaan mereka terhadap produk dalam negeri.

Disertasi berjudul Model Purchase Intention Berbasis Product Innovation, Storytelling, Value co-Creation dan Farmer Empowerment pada Produk Kosmetik Alami Indonesia ini dipublikasikan di 2 jurnal.

Yakni Journal of Law and Sustainable Development dan Journal Uncertain Supply Chain Management.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com