Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Unpad Sebut Maraknya Kampus Kritik Jokowi Bisa Gerus Suara Prabowo-Gibran

Kompas.com - 05/02/2024, 17:34 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Petisi berisi kritikan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari sivitas akademika di banyak perguruan tinggi terus menyeruak. Petisi tersebut terkait langkah politik Presiden Jokowi di Pemilu 2024.

Selain itu, petisi tersebut bakal memengaruhi elektabilitas pasangan calon (paslon) presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Prabowo-Gibran.

Pengamat Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Firman Manan mengatakan, petisi tersebut kemungkinan besar memengaruhi pemilih kritis.

Baca juga: Kritisi Kondisi Negara, Sivitas Akademika Universitas Negeri Malang Serukan 5 Hal untuk Presiden Jokowi

Pasalnya, isu yang diangkat dalam petisi tersebut, sangat cocok menjadi konsumsi dan bahan pertimbangan untuk para pemilih kritis.

"Ini kan model petisi seperti ini kalau coba kita kaitkan dengan pemilih, kemungkinan memengaruhi pemilih kritis. Ini kan isu-isu yang bisa masuk ke pemilih kritis," katanya dikonfirmasi melalui saluran telepon, Senin (5/2/2024).

Baca juga: Soal Obrolan dengan Jokowi di Braga, Ketum PSI Kaesang: Banyak Arahan, tapi Rahasia

Salah satu kelompok pemilih kritis, sambung dia, yaitu anak-anak muda, terutama kalangan mahasiswa.

"Dalam hal ini sebetulnya salah satu kelompok pemilih kritis itu kan anak-anak muda. Misalnya kelompok mahasiswa. Memang teman-teman mahasiswa menjadi bagian dari sivitas akademik," ujarnya.

Ia membenarkan, saat ini pasangan Prabowo-Gibran sangat menyasar pemilih dari kalangan anak muda.

Seperti yang dilakukan Cawapres Gibran Rakabuming Raka. Ia kerap menggunakan diksi yang beraroma anak muda.

"Sementara kita tahu juga salah satu target kelompok yang disasar 02 itu kan anak-anak muda. Selain ada sosok Gibran di sana, lalu juga banyak menggunakan pesan-pesan yang disampaikan ke anak muda," ucap dia.

Meski disebut akan membuat anjlok elektabilitas capres-cawapres nomor urut 2, Firman menyebut, perlu ada kajian lebih.

"Jadi kalaupun itu ada berpengaruh, itu harus diuji. Tapi kalau potensinya, saya lihat memang memengaruhi pada kelompok anak muda yang kritis. Yaitu pada level mahasiswa. Kalau kelompok kritis lain kan ada di atas gen z," tutur dia.

Dimanfaatkan Paslon Lain

Firman mengungkapkan, jika menggunakan hitungan matematika, adanya petisi tersebut bakal dimanfaatkan paslon capres-cawapres nomor urut 1 dan 3.

Meski pemilih muda tidak semua kritis, namun jumlahnya cukup signifikan untuk diraih suaranya oleh paslon lainnya.

"Ya kalau matematika pemilihan, ya pasti seperti itu. Artinya ini kan segmentasinya memang diperebutkan juga oleh 1 dan 3. Bagaimana pun di sana jumlah pemilih muda itu 52 persen secara nasional. Kalau pemilih muda yang kritis ya mungkin tidak semuanya. Tapi tetap jumlahnya signifikan," ungkap Firman.

Kendati begitu, paslon capres-cawapres nomor urut 1 dan 3, wajib melihat kemungkinan lainnya. Yakni, adanya kecenderungan pemilih kritis tersebut abstain atau Golput (tidak memilih).

"Walaupun memang bisa ada dua kemungkinan sebetulnya bagi pemilih kritis ini. Pertama, kalau mereka tadinya mendukung 2, tapi terpengaruh oleh petisi-petisi yang dikeluarkan oleh berbagai kampus, itu mereka bisa menjadi abstain. Jadi menarik diri untuk tidak memilih," tutur dia.

"Kedua, tadi peluangnya dipengaruhi oleh paslon lain. Kemudian bisa memberikan insentif elektoral untuk 1 atau 3," lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nasdem dan Gerindra Sepakat Berkoalisi Dukung Petahana di Pilkada Karawang 2024

Nasdem dan Gerindra Sepakat Berkoalisi Dukung Petahana di Pilkada Karawang 2024

Bandung
3 Pelaku Masih Buron, 8 Pembunuh Vina Bakal Kembali Diperiksa Polisi

3 Pelaku Masih Buron, 8 Pembunuh Vina Bakal Kembali Diperiksa Polisi

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Jumat 17 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Jumat 17 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Bandung
Pemkab Majalengka Tanggung Biaya Jaminan Perlindungan Petugas Pilkada 2024

Pemkab Majalengka Tanggung Biaya Jaminan Perlindungan Petugas Pilkada 2024

Bandung
Bima Arya 'Menjemput Takdir' di Kantor DPD Golkar Jabar

Bima Arya "Menjemput Takdir" di Kantor DPD Golkar Jabar

Bandung
Cerita Bocah 13 di Cirebon Depresi, Ponsel Hasil Menabung Dijual Sang Ibu untuk Makan Sehari-hari

Cerita Bocah 13 di Cirebon Depresi, Ponsel Hasil Menabung Dijual Sang Ibu untuk Makan Sehari-hari

Bandung
Usai Kecelakaan Maut Subang, Dishub Minta Sekolah di Bandung Bersurat Sebelum 'Study Tour'

Usai Kecelakaan Maut Subang, Dishub Minta Sekolah di Bandung Bersurat Sebelum "Study Tour"

Bandung
Kronologi Siswi SMA Terseret Angkot di Bandung, Alami Luka di Bagian Wajah

Kronologi Siswi SMA Terseret Angkot di Bandung, Alami Luka di Bagian Wajah

Bandung
Tiket Semifinal Persib vs Bali United 'Sold Out', Polisi Bersuara

Tiket Semifinal Persib vs Bali United "Sold Out", Polisi Bersuara

Bandung
8 Pembunuh Vina Sempat Cabut Keterangan di Polda Jabar,  Polisi Dalami Alasannya

8 Pembunuh Vina Sempat Cabut Keterangan di Polda Jabar, Polisi Dalami Alasannya

Bandung
Hari Ini Balai Kota Bandung Bebas Kendaraan, ASN ke Kantor Jalan Kaki dan Bersepeda

Hari Ini Balai Kota Bandung Bebas Kendaraan, ASN ke Kantor Jalan Kaki dan Bersepeda

Bandung
Tugas Bey untuk Pj Bupati Cirebon: Daerah Percontohan PPDB Terbaik

Tugas Bey untuk Pj Bupati Cirebon: Daerah Percontohan PPDB Terbaik

Bandung
Cuma 6 PPK Perempuan yang Dilantik, KPU Bandung Barat Dinilai Patriarki

Cuma 6 PPK Perempuan yang Dilantik, KPU Bandung Barat Dinilai Patriarki

Bandung
Kakak Vina Cemas karena Satu Pelaku Akan Bebas dari Penjara

Kakak Vina Cemas karena Satu Pelaku Akan Bebas dari Penjara

Bandung
Hujan Deras, 4 Kecamatan di Sukabumi Terendam Banjir

Hujan Deras, 4 Kecamatan di Sukabumi Terendam Banjir

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com