BANDUNG, KOMPAS.com - Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin menyebut, Kementerian Keuangan telah menyetujui Proyek Kereta Api Ringan (Light Rail Transit/LRT) Bandung Raya, dan tinggal memastikan tahapan yang akan dijalankan.
Bey mengatakan, pihak Kemenkeu dan BUMN PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) menilai proyek ini menarik jika ditawarkan kepada investor.
"Ini salah satu bentuk yang banyak memunculkan ketertarikan investor, kami bersama dengan PT SMI, Kemenkeu segera menyusun paket yang ditawarkan seperti apa," kata Bey di Bandung, Jawa Barat, Senin (19/2/2024).
Bey menceritakan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Kemenkeu mencapai kesepakatan setelah pada Senin (12/2/2024), pihaknya bertemu dengan salah satu direktur pada Kemenkeu membahas perkembangan proyek tersebut.
Baca juga: Jam Operasional Ditambah, Penumpang LRT Jabodebek Naik 14 Persen
Dalam pertemuan tersebut, pihak Kemenkeu juga menyetujui koridor yang dibangun tidak hanya Utara-Selatan (Babakan Siliwangi-Leuwipanjang) namun juga Barat-Timur (Leuwipanjang-Tegalluar), lewat skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU).
Namun demikian, Bey menyebut dalam pertemuan itu belum didapat kepastian terkait pembiayaan APBN akan diperuntukkan untuk gerbong LRT atau hingga pembiayaan konstruksi.
Selain itu, meski target peletakan batu pertama masih belum jelas, Bey menilai pertemuan tersebut setidaknya memberikan kepastian pada nasib proyek transportasi massal tersebut.
"Saya ingin (groundbreaking) tahun ini, tapi ya gimana nanti. Yang penting ada kepastian dulu."
Baca juga: LRT Jabodebek Beroperasi hingga Pukul 23.03 WIB, Ini Jadwal Keberangkatan Terakhir
"Nanti misalnya tahun depan, tinggal gubernur terpilih nanti yang lanjutkan karena ini sangat diperlukan," ucap dia.
Berdasarkan kajian Bank Dunia atas Proyek LRT Bandung Raya yang diungkapkan oleh Pj Sekda Jabar Taufiq Budi Santoso, pada koridor Babakan Siliwangi-Leuwipanjang, dibutuhkan biaya Rp 10 triliun untuk pembangunan sepanjang 10 kilometer.
Jika dua koridor dibangun dengan asumsi jarak yang sama, maka akan bertambah sebanyak dua kali lipat.
"Berarti kurang lebih Rp 20 triliun belum termasuk biaya pengadaan moda angkutannya, keretanya, kemudian juga biaya operasional."
"Jika dengan lahan ya hampir Rp30 triliun," ucap Taufiq, Rabu (4/10/2023).
Menurut dia, karena skema pembebasan lahan dipastikan memakan biaya besar, maka pihaknya berencana memaksimalkan lahan-lahan pemerintah daerah dan pusat dengan tujuan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.