Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDI-P dan PKS Susun Kekuatan Lawan KIM dan Dedi Mulyadi di Pilkada Jabar

Kompas.com, 16 Agustus 2024, 23:02 WIB
Putra Prima Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) bersama Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berharap Pilkada Jawa Barat 2024 tidak berpotensi seperti Pilkada DKI Jakarta 2024 di mana Koalisi Indonesia Maju (KIM) dengan tambahan partai koalisi seperti PKS, Partai Nasdem dan PKB, merancang skenario agar hanya ada satu pasangan calon gubernur dan wakil gubernur melawan kotak kosong. 

Dalam diskusi politik bertajuk "Siapa Berani Lawan KIM di Jawa Barat" yang diselenggarakan oleh Forum Jurnalis Jawa Barat di Kafe Upnormal, Jalan RE Martadinata, Kota Bandung, Jumat (16/8/2024) malam, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI-P Jawa Barat, Ono Surono mengatakan, pihaknya bersama sejumlah partai politik sedang menyusun kekuatan untuk melawan Koalisi Indonesia Maju (KIM) di Pilkada Jabar

"Kami sudah diperintahkan oleh DPP partai PDI-P harus tetap berlayar di Jawa Barat, sajikan demokrasi yang sesungguhnya untuk rakyat, jangan sampai ada lawan kotak kosong di Jawa Barat," kata Ono, Jumat malam. 

Baca juga: Upaya PDI-P Cegah Pilkada Jabar Lawan Kotak Kosong

Ono mengatakan, PDI-P dan PKS sudah berkomunikasi dan memiliki kesepemahaman bersama Partai Nasdem, PKB dan PPP untuk membentuk koalisi besar yang cukup untuk memberikan perlawanan kepada calon yang diusung KIM di Pilkada Jawa Barat. 

Ono berharap, dengan keberadaan koalisi ini, masyarakat punya alternatif pilihan dalam memilih pemimpin Jawa Barat. 

"Kami akan terus berkomunikasi dengan PKB, kita sepakat dan akan komunikasi lagi dengan PKS, NasDem, PPP untuk merumuskan. Kita menginginkan agar koalisi besar untuk melawan KIM di Jabar," tegasnya.

"Saya berharap head to head karena mereka (KIM) didukung oleh infrastruktur yang sangat besar, sehingga harus dilawan dengan koalisi partai yang besar juga. Jadi PDI-P, PKB, PKS, NasDem, PPP, kalau dihitung cukup, bisa melawan mereka," sambung Ono.

Lebih jauh, Ono menyebut peluang bergabungnya lima partai sangat terbuka. Meski PDI-P dan PKB telah mendeklarasikan diri mengusung Ono Surono dan Acep Adang, namun jika ada tambahan kekuatan dari partai lain seperti PKS dan Partai Nasdem, dua nama itu masih bisa diganti sesuai kesepakatan koalisi. 

Ono mengatakan, PDI-P, PKS, PPP sudah memiliki ikatan. Sementara PKB, Ono mengklaim sudah punya kesepakatan bersama. Dengan Nasdem pun, kata Ono, sudah berkomunikasi.

"Maka dari sini nanti kita tindaklanjuti untuk bertemu seluruh ketua partai yang lima itu, itu harus dilakukan. Pada akhirnya, PDI-P realistis termasuk saya sendiri harus realistis. Kalau dari 5 partai ini kita sepakat untuk mengusung, maka calon pun yang terbaik untuk melawan, kalau jadi, Pak Dedi Mulyadi," tandasnya. 

Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS Jawa Barat pun menyikapi hal serupa, meski berpotensi untuk bergabung dengan KIM di Pilkada DKI Jakarta, Ketua Kantor Staf Pimpinan (KSP) PKS Jawa Barat Fakhruddin Rusyibani mengatakan, DPP PKS sampai saat ini masih menyatakan bahwa kursi gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat wajib diambil oleh PKS sebagai salah satu partai dengan perolehan suara terbesar di Jawa Barat. 

"DPW PKS diamanatkan agar maju di Pilgub, dan sampai sekarang tidak bergeser. Pasca-pileg kami membangun komunikasi, dan prioritas komunikasi politik yang kami jajaki adalah dengan partai yang senasib di pilpres seperti dengan Nasdem PDI-P dan PKB, " ujarnya. 

Baca juga: Airlangga Mundur, Golkar Tetap Usung Dedi Mulyadi pada Pilkada Jabar 2024

Selain itu, PKS menilai jika dipaksakan agar Pilkada Jawa Barat hanya melawan kotak kosong, hal tersebut justru malah mematikan demokrasi di Jawa Barat yang memiliki segudang tokoh-tokoh berkualitas dan mumpuni untuk menjadi pemimpin.

"Sejauh ini kita punya pemahaman yang sama, persepsi yang sama, bahwa lawan KIM kita harus bersatu. Ini tinggal menunggu momentum saja, mungkin 1 atau 2 hari ke depan," akunya.

"Peluang PKS melawan KIM di Jawa Barat sangat besar karena PKS di Jabar harus menang lagi, kita pernah jadi gubernur jadi sudah tahu petanya jadi sayang kalau momentum sekarang tidak dimanfaatkan," pungkasnya. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau