BANDUNG, KOMPAS.com - Penyakit alzheimer merupakan kondisi otak degeneratif yang mengalami penurunan mulai dari ingatan, kognitif, kemampuan berpikir, kemampuan berbicara, hingga perilaku.
Menumpuknya beta amyloid dan tau protein di otak menjadi penyebab memburuknya penyakit pikun ini.
Dokter spesialis saraf Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Anam Ong mengatakan bahwa beta amyloid dan tau adalah protein yang berfungsi normal dalam otak manusia ketika bayi. Seharusnya, protein itu tidak bertambah meski usia manusia bertambah. Namun, karena proses pembersihan terganggu, besar kemungkinan beta amyloid dan tau bertambah sehingga menumpuk di otak (senile palques).
"Itu masuk di antara celah saraf (otak), itu yang membunuh si sarafnya, beta amyloid ini terjadi jauh sebelum orang kena pikun, mulai 20 tahun sebelumnya, beta amyloid ini sudah menumpuk banyak,” kata Anam ditemui di ruang kerjanya, Jumat (13/9/2024).
Baca juga: Penyakit Alzheimer Itu seperti Apa? Berikut Penjelasan Dokter Saraf...
Anam menyebut, sebagian besar orang pikun terjadi di usai 65 ke atas. Misal, seseorang yang berusia 70 tahun yang sudah banyak menumpuk beta amyloid di otaknya.
“Karena bisa saja produksinya banyak karena genetic atau bersihannya kurang, misal kurang tidur, itu produksiannya banyak bersihannya kurang,” ucapnya.
Baca juga: Tantangan Merawat Penderita Alzheimer, Pentingnya Dukungan Keluarga dan Pengasuh
Penumpukan beta amyloid ini akan menghasilkan tau protein yang juga menumpuk dalam 5 tahun.
“Jadi tau protein itu disebut neurofibrillary tangles itu seperti cangkok-cangkok di dalam sel saraf, itu akibat dari adanya beta amyloid,” katanya.
Beta amyloid dan tau ini bisa terdeteksi dengan PET scan dan suntikan obat yang bisa menangkap keduanya ketika menumpuk di otak. Proses pemindaian ini dilakukan untuk membantu diagnosa dan langkah pengobatannya.
Menurut Anam, penyakit alzheimer terdiri dari tiga tahap, yang pertama subjective cognitive decline yakni saat ada penumpukan beta amonoloyid dan tau di otak namun kondisi seseorang tersebut masih dapat bekerja, tidak mengganggu kemampuan menulisnya, bermain computer (instrumental) dan masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi cuci kakus (MCK) tapi mungkin saja memiliki gejala lupa, akan tetapi setelah dites kognisi hasilnya masih baik.
“Subjective artinya si pasien merasakan ada penurunan, kognitif kepintaran dalam hal ini adalah memori atau daya ingat, declained ada penurunan. Jadi artinya kita merasa tes kognitif normal, tapi kalua dibiarkan dalam waktu 5 tahun bisa berkembang menjadi lupanya bertambah hebat,” katanya.