Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Lengkap Dedi Mulyadi soal Anak Nakal Dididik di Barak Militer, Bukan Dilatih Perang

Kompas.com, 29 April 2025, 10:07 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengumumkan kebijakan baru untuk mengatasi masalah kenakalan remaja yang semakin memprihatinkan. Anak-anak yang terlibat dalam perilaku brutal, bahkan tindak kriminal seperti penganiayaan dan pembunuhan, akan mengikuti pendidikan karakter berbasis barak militer.

Menurut Dedi, langkah ini penting untuk menyelamatkan generasi muda dari kehancuran moral dan sosial akibat pengaruh buruk lingkungan.

Masalah kenakalan remaja semakin akut

Gubernur Dedi Mulyadi menegaskan bahwa saat ini kenakalan remaja sudah memasuki tingkat yang mengkhawatirkan. Tidak hanya berupa pelanggaran kecil, banyak kasus kenakalan yang berujung pada kekerasan fisik dan tindakan kriminal berat.

"Problem kenakalannya sudah akut sampai tindak kriminal, mulai dari penganiayaan hingga pembunuhan. Ini tidak bisa dibiarkan, karena kita akan kehilangan satu generasi yang memiliki sifat-sifat azasi sebagai manusia Indonesia," ujar Dedi akun media sosial resmi miliknya yang dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (29/4/2025).

Baca juga: Siap-siap! Ini Kriteria Siswa Jabar yang Bakal Masuk Barak Militer Selama 6 Bulan

Ia menilai bahwa baik orangtua maupun negara memiliki tanggung jawab untuk bersama-sama mendidik dan membina remaja agar kembali kepada jalur yang benar.

Pendidikan barak militer bukan melatih perang

Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa program pendidikan di barak militer bukanlah pelatihan militer untuk tujuan perang. Sebaliknya, program ini difokuskan untuk membentuk pola hidup disiplin, sehat, dan terarah bagi para remaja.

"Pola pendidikan militer ini lebih kepada olahraga, kesenian, pengembangan minat dan bakat. Kita bangun keteraturan hidup mereka, mulai dari bangun pagi, pola makan sehat, hingga aktivitas harian yang positif," terang Dedi.

Anak-anak yang mengikuti program ini tetap akan melanjutkan pendidikan formal mereka. Mereka akan tercatat sebagai siswa SMP atau SMA dan mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam barak.

"Mereka tidak kehilangan haknya sebagai pelajar. Pendidikan formal tetap berjalan seiring dengan pendidikan karakter di barak," tambahnya.

Persetujuan orangtua menjadi syarat utama

Program ini hanya dapat diikuti oleh remaja yang mendapatkan persetujuan dari orang tua atau wali.

Menurut Dedi, ini adalah bentuk kesadaran keluarga untuk bersama-sama mendidik anak dengan pendekatan yang lebih tegas namun penuh kasih.

"Bagaimanapun mereka masih di bawah perwalian orang tua. Artinya, orangtua harus memiliki kesadaran untuk menyerahkan mereka melewati pendidikan berbasis disiplin ini," jelasnya.

Ia juga menegaskan bahwa program ini bertujuan untuk menjauhkan anak-anak dari pengaruh buruk seperti rokok, narkoba, gawai yang disalahgunakan untuk akses game online, judi daring, hingga konten negatif seperti video pornografi.

Upaya menyelamatkan masa depan generasi Jawa Barat

Dalam pesannya, Dedi Mulyadi mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mendukung program ini demi menyelamatkan generasi masa depan.

Baca juga: Mulai 2 Mei, Dedi Mulyadi Masukkan Siswa Nakal ke Barak Militer Selama 6 Bulan!

"Kita harus menyelamatkan mereka dari ancaman lingkungan, pergaulan bebas, penyalahgunaan teknologi, serta kekurangan gizi akibat makanan tidak sehat. Ini adalah ikhtiar kita bersama untuk melahirkan generasi Jawa Barat yang kokoh, kuat, dan hebat," pungkasnya.

Dengan implementasi program ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat berharap dapat membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter kuat, disiplin, dan berakhlak mulia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Bandung
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Bandung
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Bandung
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Bandung
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau