PANGANDARAN, KOMPAS.com – Pasangan suami istri asal Desa Babakan, Kecamatan/Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, mengeluhkan penanganan Puskesmas Pangandaran yang diduga menyebabkan bayinya meninggal dunia karena telat mendapat penanganan medis.
Keluhan itu disampaikan Agus Rohmanto (35) dan Yani Supriatin (47) melalui sebuah video yang viral di media sosial dan ditujukan kepada Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
"Ingin keadilan, dan (minta) tanggung jawab ke pasien seperti apa. Jangan sampai kejadian ini terulang lagi ke orang lain," kata Yani Supriatin saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Kamis (19/6/2025).
Yani menjelaskan, pada Sabtu (7/6/2025) sore, ia membawa bayinya yang mengalami demam tinggi hingga 40 derajat ke Puskesmas Pangandaran. Namun, menurut dia, bayi tidak mendapat oksigen.
Baca juga: Hasil Otopsi Ungkap Kekerasan Brutal Pasutri pada Bayi 2 Tahun di Riau
"Sudah menggigil, napasnya agak beda. Tapi di puskesmas tidak dikasih oksigen," kata Yani.
Petugas puskesmas hanya memberikan obat penurun panas lewat anus dan mencoba memasang infus, tetapi gagal.
"Mau diinfus susah cari uratnya katanya," jelas Yani.
Dua jam berlalu, suhu tubuh sang bayi tak kunjung turun. Sekitar pukul 19.00 WIB, petugas menyatakan tidak sanggup menangani pasien dan mengarahkan untuk ke Klinik Budiman.
"Mau Isya, disuruh ke Klinik Budiman. Enggak dirujuk, cuma diarahin ke Klinik Budiman," ujarnya.
Baca juga: Dedi Mulyadi Siapkan Bonus Bidan yang Berhasil Tekan Kematian Ibu dan Bayi di Desa
Yani membawa bayinya ke klinik menggunakan sepeda motor. Di sana, bayi langsung ditangani. Namun, petugas klinik juga mempertanyakan mengapa bayi dalam kondisi lemah dan tidak diberi oksigen sebelumnya.
"Kata yang di Klinik Budiman kenapa bayinya gini, enggak ditangani atau gimana, harusnya dikasih oksigen," ucap Yani menirukan petugas medis.
Bayi dirujuk ke RS Pandega menggunakan ambulans dan sempat mendapat penanganan di ICU. Namun, bayi meninggal dunia pada Minggu pukul 04.16 WIB.
"Jam 1 bayi masuk ICU, Minggu pagi jam 04.16 WIB meninggal," kata Yani.
Ia berharap kejadian ini menjadi yang terakhir dan tidak dialami pasien lain. Ia juga menyinggung perlakuan terhadap pasien pengguna KIS.
"Jangan dibeda-bedakan, harus cepat tangani pasien, ini urusan nyawa, jangan terlambat. Jangan karena saya pakai KIS pemerintah, penanganannya lambat," ujar Yani.