Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengeluh ke Dedi Mulyadi, Orangtua di Pangandaran Sebut Bayi Mereka Meninggal karena Telat Ditangani

Kompas.com, 19 Juni 2025, 11:39 WIB
Candra Nugraha,
Irfan Maullana

Tim Redaksi


PANGANDARAN, KOMPAS.com – Pasangan suami istri asal Desa Babakan, Kecamatan/Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, mengeluhkan penanganan Puskesmas Pangandaran yang diduga menyebabkan bayinya meninggal dunia karena telat mendapat penanganan medis.

Keluhan itu disampaikan Agus Rohmanto (35) dan Yani Supriatin (47) melalui sebuah video yang viral di media sosial dan ditujukan kepada Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

"Ingin keadilan, dan (minta) tanggung jawab ke pasien seperti apa. Jangan sampai kejadian ini terulang lagi ke orang lain," kata Yani Supriatin saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Kamis (19/6/2025).

Yani menjelaskan, pada Sabtu (7/6/2025) sore, ia membawa bayinya yang mengalami demam tinggi hingga 40 derajat ke Puskesmas Pangandaran. Namun, menurut dia, bayi tidak mendapat oksigen.

Baca juga: Hasil Otopsi Ungkap Kekerasan Brutal Pasutri pada Bayi 2 Tahun di Riau

"Sudah menggigil, napasnya agak beda. Tapi di puskesmas tidak dikasih oksigen," kata Yani.

Petugas puskesmas hanya memberikan obat penurun panas lewat anus dan mencoba memasang infus, tetapi gagal.

"Mau diinfus susah cari uratnya katanya," jelas Yani.

Dua jam berlalu, suhu tubuh sang bayi tak kunjung turun. Sekitar pukul 19.00 WIB, petugas menyatakan tidak sanggup menangani pasien dan mengarahkan untuk ke Klinik Budiman.

"Mau Isya, disuruh ke Klinik Budiman. Enggak dirujuk, cuma diarahin ke Klinik Budiman," ujarnya.

Baca juga: Dedi Mulyadi Siapkan Bonus Bidan yang Berhasil Tekan Kematian Ibu dan Bayi di Desa

Yani membawa bayinya ke klinik menggunakan sepeda motor. Di sana, bayi langsung ditangani. Namun, petugas klinik juga mempertanyakan mengapa bayi dalam kondisi lemah dan tidak diberi oksigen sebelumnya.

"Kata yang di Klinik Budiman kenapa bayinya gini, enggak ditangani atau gimana, harusnya dikasih oksigen," ucap Yani menirukan petugas medis.

Bayi dirujuk ke RS Pandega menggunakan ambulans dan sempat mendapat penanganan di ICU. Namun, bayi meninggal dunia pada Minggu pukul 04.16 WIB.

"Jam 1 bayi masuk ICU, Minggu pagi jam 04.16 WIB meninggal," kata Yani.

Ia berharap kejadian ini menjadi yang terakhir dan tidak dialami pasien lain. Ia juga menyinggung perlakuan terhadap pasien pengguna KIS.

"Jangan dibeda-bedakan, harus cepat tangani pasien, ini urusan nyawa, jangan terlambat. Jangan karena saya pakai KIS pemerintah, penanganannya lambat," ujar Yani.

Halaman:


Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau