BANDUNG, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Jawa Barat menonaktifkan kepala sekolah dan membentuk tim investigatif untuk mengusut kasus bunuh diri pelajar 16 tahun di Kabupaten Garut.
Langkah ini diumumkan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyusul viralnya unggahan ibu korban di media sosial yang menyebut anaknya diduga menjadi korban perundungan di sekolah. Korban ditemukan meninggal dunia pada Senin (14/7/2025), bertepatan dengan hari pertama masuk sekolah.
“Kasus ini tidak sesederhana seperti yang kita kira. Variabelnya sangat banyak, dan untuk membuktikan seluruh latar belakang serta problem yang terjadi, kami mengambil dua langkah utama,” kata Dedi dalam keterangan video, Jumat (18/7/2025).
Dedi menyebut langkah pertama adalah menonaktifkan kepala sekolah tempat korban menempuh pendidikan. “Kepala sekolahnya kami nonaktifkan terlebih dahulu untuk memudahkan proses investigasi,” tegasnya.
Baca juga: Kepala SMAN 6 Garut Dinonaktifkan buntut Siswa Bunuh Diri karena Tak Naik Kelas
Langkah kedua, lanjut Dedi, adalah pembentukan tim investigatif yang melibatkan Inspektorat Jawa Barat, Badan Kepegawaian Daerah (BKD), kepolisian, serta para psikolog.
“Tim ini akan bekerja secara menyeluruh untuk mengungkap seluruh problematika yang terjadi, sehingga kita bisa mengambil solusi-solusi ke depan,” ujarnya.
Dedi berharap tindakan pemerintah provinsi dapat merespons keresahan masyarakat yang luas akibat peristiwa ini.
“Kami mohon dukungan dan doa dari semua pihak, semoga upaya kami bisa menjawab seluruh kegelisahan publik yang terjadi saat ini. Terima kasih,” ujarnya.
Baca juga: Siswa SMAN 6 Garut Meninggal Diduga Bunuh Diri, Disdik Jabar Klaim Tak Temukan Perundungan
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang