SUKABUMI, KOMPAS.com - Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, mengungkap keinginannya agar wilayah Puncak Bogor bisa kembali ditanami pepohonan daripada pembangunan vila atau tempat wisata.
Ia menyatakan bahwa rapuhnya serapan air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung menjadi penyebab terjadinya bencana yang berulang, yang menyebabkan melayangnya nyawa.
"Tercatat ada 33 kerja sama operasional bangunan-bangunan wisata di Puncak Bogor. Sampai saat ini ada 13 KSO yang melakukan pembongkaran mandiri, berdasarkan sanksi administratif yang kami berikan," tutur saat memberikan sambutan dalam peresmian Refuse-Derived Fuel (RDF) di Kabupaten Sukabumi, Kamis (31/7/2025) siang.
"Kami harapkan ini bisa meminimalisasi korban yang setiap kali banjir selalu menimbulkan korban jiwa. Kemarin hampir 17 korban jiwa pada Maret, beberapa minggu lalu ada 3 korban melayang di Mega Mendung, Bogor," kata Hanif.
Baca juga: Pantau Karhutla Jambi, Menteri Hanif Ingatkan Tanggung Jawab Mutlak Korporasi
Munculnya korban jiwa itu juga seiring dengan wilayah Jawa Barat yang dalam kurun waktu tahun 2010 hingga 2022 kehilangan 1,2 juta hektar hutan lindung.
Hutan lindung seluas 1,2 juta hektar itu hilang akibat alih fungsi lahan.
"Lanskap di bagian hulu Sungai Ciliwung ini telah berubah menjadi vila-vila dan tempat wisata. Sudah merusak kawasan lindung," tutur Hanif.
Hanif berharap agar lebih banyak pembangunan pohon di area Puncak Bogor ketimbang adanya vila atau hanya sekadar tempat wisata.
Baca juga: Menteri Hanif Peringatkan Pengusaha Setop Bangun Vila di Puncak, Picu Banjir Mematikan
"Bilamana bapak ibu memiliki kecukupan rezeki yang melimpah, tolong diinvestasikan dengan membangun pohon-pohon, menanam pohon-pohon, tidak merusak dengan membangun vila yang mengakibatkan bencana alam di bawahnya," ujar Hanif.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang