SUKABUMI, KOMPAS.com - Kasus kematian Raya, bocah berusia tiga tahun asal Kampung Cianaga, Kabupaten Sukabumi, menjadi sorotan tajam setelah ditemukan dalam kondisi mengenaskan, tubuhnya dipenuhi cacing.
Wakil Komisi I DPRD Kabupaten Sukabumi, Andri Hidayana, menilai kejadian ini sebagai tamparan keras bagi seluruh pejabat daerah.
Andri menyatakan, kematian Raya merupakan tragedi kemanusiaan yang sangat memprihatinkan, terutama terjadi pada momen ulang tahun Provinsi Jawa Barat.
"Sebetulnya ini menjadi tamparan keras bagi pemerintah daerah dan semua pihak. Kejadian ini adalah sebuah tragedi kemanusiaan. Ini harus kita evaluasi bersama untuk kebaikan ke depannya," ungkap Andri Hidayana dalam keterangannya kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Rabu (20/8/2025) siang.
Baca juga: Apa Itu Askariasis, Penyebab Bocah Sukabumi Meninggal Dipenuhi Cacing
Lebih lanjut, Andri mengkritik sistem administrasi yang lambat dan tidak efektif dalam memberikan bantuan kepada warga miskin atau dalam situasi darurat.
Ia menegaskan, DPRD akan segera memanggil pihak-pihak terkait dalam kasus kematian Raya untuk dimintai penjelasan.
"Ini sangat membuat kita geram. Proses administrasi yang ditempuh selama ini, atau yang dirasakan oleh Raya, menunjukkan bahwa birokrasi kita terlalu ribet. Kejadian ini tentu tidak bisa lepas dari tanggung jawab semua pihak. Rencana kami di Komisi I DPRD adalah menindaklanjuti permasalahan ini, agar tragedi serupa tidak terulang," tegas Andri Hidayana.
Kematian Raya terjadi pada 22 Juli 2025 dan telah menarik perhatian luas, termasuk Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang menyatakan keprihatinannya atas insiden tersebut.
Sebelumnya diberitakan, Raya, bocah berusia tiga tahun di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, meninggal pada Juli 2025 dengan kondisi tubuh dipenuhi cacing.
Dedi mengatakan, dari penjelasan dokter, tubuh Raya dipenuhi cacing diduga karena lingkungan yang tidak bersih.
Kondisi keluarga juga menjadi faktor, di mana ibunya menderita gangguan jiwa, sedangkan ayahnya mengidap TBC.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang