Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebingungan Perajin Tahu Tempe Akali Kenaikan Harga Kedelai: Hilang Rp 1 Juta Per Hari

Kompas.com - 15/02/2022, 18:58 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Khairina

Tim Redaksi

Saat ini perdagangan kedelai diatur oleh mekanisme pasar. Hal itu, kata Gufron sangat merugikan. Pasalnya, pemerintah tak memiliki andil untuk mengunci harga ketika kedelai mulai naik.

"Kedelai ini sudah jadi siklus, kayanya enggak akan berakhir karena diatur oleh mekanisme pasar. Jadi kita pengrajin tahu tempe itu selalu mengikuti mekanisme pasar yang ada di Amerika, yang ada di CBOT, jadi harga ini selamanya tidak akan stabil kalau perdagangan kedelai ini diserahkan ke mekanisme pasar," ujarnya.

 

 

Peran pemerintah 

Keresahan para pengrajin tempe tahu bukan kali ini saja. Mei 2021 lalu hal serupa sempat terjadi.

Para pengrajin tempe tahu sempat melakukan hal serupa dengan mogok produksi secara masal dalam waktu tiga hari.

Saat itu harga kedelai melambung dari Rp 7.600, ke Rp 10.700-Rp 11.000 per kilogram.

Masalah yang berulang ini, kata Gufron, tak menjadi cermin bagi pemerintah untuk mengantisipasi atau mencari solusinya.

"Kalau pemerintah hadir dan mengelola, paling tidak ketika harga naik, sudah dikunci harga pasnya berapa. Kita dari dulu selalu berharap, sampai saat ini pun belum direalisasikan oleh pemerintah itu sendiri," tambahnya.

Baca juga: Terus Merugi, Sejumlah Pabrik Tahu di Rangkasbitung Tutup, Imbas Harga Kedelai Naik

Kopti seluruh Indonesia, kata Gufron, pernah menghadap Istana Presiden pada tahun 2008.

Namun, pemerintah lagi-lagi ingkar janji dan tak memberikan langkah konkret terkait stabilitas harga kedelai.

"Kita dari dulu sejak tahun 2008 sudah turun ke Istana Negara untuk menghadap, mogok produksi juga. Kembali lagi tahun 2012, beberapa tahun lagi kembali,"

"Artinya kita tak muluk-muluk, hanya minta stabilitas harga saja. Tapi untuk mencapai harga stabil itu kita lihat masih jauh, karena perdagangan kedelai diatur mekanisme pasar dan pemerintah tak memiliki andil, malah terkesan seperti penonton," ucapnya.

Sementara, Asep Ansori (38) pedagang tahu di Pasar Baleendah Kabupaten Bandung mengaku belum mendapatkan informasi terkait aksi mogok produksi yang bakal dilakukan perajin tempe tahu.

Namun, ia sudah mendengar isu terkait kenaikan harga kedelai.

"Belum tahu kalau mau ada mogok produksi, cuma kalau kenaikan mah udah dengar," katanya ditemui di hari yang sama.

Saat ini, Asep menjual tahu dengan harga Rp 500, sebelum harga kedelai naik, ia pernah menjual Rp 300 sampai Rp 400.

"Ya sekarang mah dijual Rp 500 dari sananya, Rp 450 saya ambil untuk 50 perak. Kalau naik lagi paling kita kurangi ketebalan tahunya, jadi makin tipis," kata Asep.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Tembakkan Pistol Saat Didatangi Serikat Buruh, Pria di Sumut Ditahan

Tembakkan Pistol Saat Didatangi Serikat Buruh, Pria di Sumut Ditahan

Bandung
Polisi Selidiki Dugaan Gratifikasi Perjalanan Umrah Pejabat di Cianjur

Polisi Selidiki Dugaan Gratifikasi Perjalanan Umrah Pejabat di Cianjur

Bandung
Gedung The Historich, Cagar Budaya yang Pernah Jadi Tempat Hiburan Tentara Belanda

Gedung The Historich, Cagar Budaya yang Pernah Jadi Tempat Hiburan Tentara Belanda

Bandung
Pemprov Jabar 'Curi Start' dari Agenda Pandawara Group Bersihkan Pantai Cibutun Loji di Sukabumi

Pemprov Jabar "Curi Start" dari Agenda Pandawara Group Bersihkan Pantai Cibutun Loji di Sukabumi

Bandung
Mayat Tanpa Identitas Ditemukan di Cianjur, Tangan Terikat dan Kepala Luka

Mayat Tanpa Identitas Ditemukan di Cianjur, Tangan Terikat dan Kepala Luka

Bandung
Beredar Video Duel Pelajar di Cianjur, 17 Orang dari 2 Sekolah Ditangkap

Beredar Video Duel Pelajar di Cianjur, 17 Orang dari 2 Sekolah Ditangkap

Bandung
Residivis di Banjar Incar Apotek, Curi Obat-obatan Psikotropika

Residivis di Banjar Incar Apotek, Curi Obat-obatan Psikotropika

Bandung
Setelah 3 Bulan Kering Kerontang Dilanda Kemarau, Tasikmalaya Mulai Diguyur Hujan

Setelah 3 Bulan Kering Kerontang Dilanda Kemarau, Tasikmalaya Mulai Diguyur Hujan

Bandung
Terbujuk Janji Kerja dengan Gaji Besar di Australia, 29 Orang Jadi Korban TPPO

Terbujuk Janji Kerja dengan Gaji Besar di Australia, 29 Orang Jadi Korban TPPO

Bandung
Teka-teki Asal Sampah di Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Pj Gubernur Jabar Curigai Sumber Limbah

Teka-teki Asal Sampah di Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Pj Gubernur Jabar Curigai Sumber Limbah

Bandung
TikTok Shop Ditutup Sore Ini, Penjual 'Online' di Kabupaten Bandung 'Live' sejak Pagi

TikTok Shop Ditutup Sore Ini, Penjual "Online" di Kabupaten Bandung "Live" sejak Pagi

Bandung
Pj Gubernur Jabar Minta Polisi dan TNI Telusuri Sumber Sampah di Pantai Cibutun Sukabumi

Pj Gubernur Jabar Minta Polisi dan TNI Telusuri Sumber Sampah di Pantai Cibutun Sukabumi

Bandung
Disorot Pandawara Group, Mengapa Pantai Cibutun Loji Sukabumi Bisa Sangat Kotor?

Disorot Pandawara Group, Mengapa Pantai Cibutun Loji Sukabumi Bisa Sangat Kotor?

Bandung
Cegah Keracunan Massal Siswa Terulang, Dinkes Jabar Perkuat Fungsi UKS dan Kantin Sehat

Cegah Keracunan Massal Siswa Terulang, Dinkes Jabar Perkuat Fungsi UKS dan Kantin Sehat

Bandung
Buntut Parkir Motor Rp 10.000, Parkiran Liar di Jalan Asia Afrika Ditutup Paksa

Buntut Parkir Motor Rp 10.000, Parkiran Liar di Jalan Asia Afrika Ditutup Paksa

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com