Saat ini perdagangan kedelai diatur oleh mekanisme pasar. Hal itu, kata Gufron sangat merugikan. Pasalnya, pemerintah tak memiliki andil untuk mengunci harga ketika kedelai mulai naik.
"Kedelai ini sudah jadi siklus, kayanya enggak akan berakhir karena diatur oleh mekanisme pasar. Jadi kita pengrajin tahu tempe itu selalu mengikuti mekanisme pasar yang ada di Amerika, yang ada di CBOT, jadi harga ini selamanya tidak akan stabil kalau perdagangan kedelai ini diserahkan ke mekanisme pasar," ujarnya.
Peran pemerintah
Keresahan para pengrajin tempe tahu bukan kali ini saja. Mei 2021 lalu hal serupa sempat terjadi.
Para pengrajin tempe tahu sempat melakukan hal serupa dengan mogok produksi secara masal dalam waktu tiga hari.
Saat itu harga kedelai melambung dari Rp 7.600, ke Rp 10.700-Rp 11.000 per kilogram.
Masalah yang berulang ini, kata Gufron, tak menjadi cermin bagi pemerintah untuk mengantisipasi atau mencari solusinya.
"Kalau pemerintah hadir dan mengelola, paling tidak ketika harga naik, sudah dikunci harga pasnya berapa. Kita dari dulu selalu berharap, sampai saat ini pun belum direalisasikan oleh pemerintah itu sendiri," tambahnya.
Baca juga: Terus Merugi, Sejumlah Pabrik Tahu di Rangkasbitung Tutup, Imbas Harga Kedelai Naik
Kopti seluruh Indonesia, kata Gufron, pernah menghadap Istana Presiden pada tahun 2008.
Namun, pemerintah lagi-lagi ingkar janji dan tak memberikan langkah konkret terkait stabilitas harga kedelai.
"Kita dari dulu sejak tahun 2008 sudah turun ke Istana Negara untuk menghadap, mogok produksi juga. Kembali lagi tahun 2012, beberapa tahun lagi kembali,"
"Artinya kita tak muluk-muluk, hanya minta stabilitas harga saja. Tapi untuk mencapai harga stabil itu kita lihat masih jauh, karena perdagangan kedelai diatur mekanisme pasar dan pemerintah tak memiliki andil, malah terkesan seperti penonton," ucapnya.
Sementara, Asep Ansori (38) pedagang tahu di Pasar Baleendah Kabupaten Bandung mengaku belum mendapatkan informasi terkait aksi mogok produksi yang bakal dilakukan perajin tempe tahu.
Namun, ia sudah mendengar isu terkait kenaikan harga kedelai.
"Belum tahu kalau mau ada mogok produksi, cuma kalau kenaikan mah udah dengar," katanya ditemui di hari yang sama.
Saat ini, Asep menjual tahu dengan harga Rp 500, sebelum harga kedelai naik, ia pernah menjual Rp 300 sampai Rp 400.
"Ya sekarang mah dijual Rp 500 dari sananya, Rp 450 saya ambil untuk 50 perak. Kalau naik lagi paling kita kurangi ketebalan tahunya, jadi makin tipis," kata Asep.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.