GARUT, Kompas.com – Stok obat-obatan dan vitamin untuk mengobati ternak yang terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang dimiliki Pemerintah Daerah Kabupaten Garut mulai menipis.
Padahal, penyebaran PMK masih terus terjadi dan telah menyebar ke-18 dari 42 kecamatan yang ada di Garut.
“Dulu diprediksi untuk 2.500 ternak, tapi sekarang jumlahnya berkembang terus, jadi sekarang persediaan obat sudah menipis,” jelas Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Garut Sofyan Yani kepada wartawan saat dihubungi lewat telepon genggamnya, Selasa (14/06/2022).
Baca juga: Hewan Kurban di Lhokseumawe Wajib Kantongi Surat Bebas PMK
Untuk mengatasi menipisnya persediaan obat-obatan ini, Sofyan mengatakan bahwa Bupati Garut telah meminta untuk mengajukan pembelian obat-obatan PMK dari dana Biaya Tidak Terduga (BTT) di APBD Garut.
Namun, pengajuan obat-obatan tersebut tetap membutuhkan waktu hingga disalurkan ke peternak.
“Pimpinan (bupati) sudah merespons untuk diajukan lagi BTT, tapi perlu proses. Sementara yang namanya sakit, tidak bisa menunggu lama, harapan kami ada pihak terkait yang memiliki obat yang siap bisa dikirim ke Garut,” katanya.
Dengan obat-obatan dan petugas lapangan yang ada, menurut Sofyan, Pemkab Garut sudah sangat bersungguh-sungguh menangani ternak-ternak yang terpapar PMK.
Buktinya, tingkat kesembuhan hewan yang terpapar PMK cukup tinggi, hingga mencapai 1.400 lebih ternak.
“Cuma kalau terus-terusan begini, sulit juga karena penyebarannya sekarang sudah ke 18 kecamatan,” katanya.
Sofyan menilai, selain upaya pengobatan bagi ternak yang sudah terpapar PMK, perlu juga upaya vaksinasi agar penyakit tidak terus menyebar secara meluas.
Pihaknya pun sudah berupaya mengajukan bantuan vaksin dari pemerintah pusat sebanyak 13.000 dosis untuk 13.000 populasi ternak.
“Untuk Jabar (kiriman vaksin) diperkirakan tanggal 16 Juni, kalau saya ngusulin sebanyak populasi, sekitar 13 ribuan, prioritas untuk populasi yang sehat,” katanya.
Sofyan melihat, upaya yang dilakukan pemerintah daerah saat ini baru pada pengobatan.
Namun, jika terus menerus melakukan pengobatan tanpa ada upaya vaksinasi, tentu sangat sulit melakukan pencegahan penyebaran wabah ini.
"Kalau bisa, (ternak) segera divaksin supaya mental (virus penyakitnya). (Kalau sudah divaksin), walau masih ada penularan tetapi gejala penyakit berkurang, sama seperti Covid-19,” katanya.
Baca juga: PMK Merajalela, Peternak Sapi di Blora Mulai Panik
Dari data yang dihimpun Tim Satgas Pengendalian dan Penanggulangan PMK hingga Sabtu, 13 Juni 2022, tim teknis kesehatan hewan telah melakukan pelayanan kesehatan hewan pada ternak sebanyak 4.046 ekor ternak.
2.764 ekor di antaranya bergejala PMK dan 1.471 ternak sudah sembuh.
Sementara, jumlah ternak yang mati akibat terpapar PMK sebanyak 50 ekor tersebar di enam kecamatan dan 77 ekor ternak bergejala PMK dipotong bersyarat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.