Kendati begitu, ia merasa wajar pelanggannya protes. Sebab, rata-rata pelanggannya merupakan warga ekonomi bawah, sama sepertinya.
Kenaikan BBM juga membuatnya harus mencari toko kelontong baru di pasar yang menjual dengan harga lebih murah.
"Ya kemarin-kemarin sempet beli lagi, ceritanya buat stok tapi ternyata udah naik juga, harganya lumayan juga. Ini mah ikhtiar aja mudah-mudahan dapet toko kelontong yang bisa dan masih menjual dengan harga miring," terangnya.
Dalam sehari, jika keberuntungan sedang berpihak padanya, Cahya bisa meraup omzet sampai Rp 500 ribu hingga Rp 650 ribu.
"Ya kalau ada pertandingan apa gitu, semisal Persib, keuntungan bisa banyak karena habis dan saya pergi dulu cari stok lagi," kata dia.
Kendati beberapa hari ini ia berdagang ke SJH dengan berjalan kaki dari rumahnya, hal itu baru pertama kali dilakukan. Dia terpaksa menyimpan motor bebeknya demi menghemat ongkos.
"(Motor) disimpan aja dulu di rumah, nggak tahu sampai kapan, udah gak ada anggaran (untuk beli BBM), semua pendapatan dialokasikan ke yang lain," tuturnya.
Bahkan, jika situasi terus tidak membaik, motor yang sudah dimilikinya sejak tahun 2005 itu akan dijualnya.
"Ya mau gimana lagi, kalau gak stabil terpaksa saya jual," sambungnya.
Sekalipun harus berjalan dengan jarak yang cukup jauh. Cahya tak punya pilihan, baginya masa depan anak serta keluarganya menjadi sesuatu yang harus ia hidupi tanpa terkecuali.
"Ngak ada pilihan lain selain jalan kaki yang terpenting sekarang masa depan mereka, biaya buat yang lainya, saya harus tetap usaha," bebernya.
Kendati pemerintah mengalihkan subsidi BBM ke Bantuan Langsung Tunai (BLT), Cahya tak berharap lebih pada hal itu.
Diakuinya, ia memiliki pengalaman pait terkait bantuan yang dijanjikan sebesar Rp 600.000 itu.
"Ya tahu itu bantuan dari sana, cuma saya mah gak berharap banyak sama bantuan itu," kata Cahya.
Saat pandemi Covid-19, ia hanya sekali menerima bantuan dari pemerintah. Sisa jatahnya, di bawa oleh orang yang mencatut namanya.
Baca juga: Diguyur Hujan Lebat, Emak-emak di Banyumas Turun ke Jalan Tolak Kenaikan Harga BBM
Padahal, lanjut dia, saat itu ia sedang membutuhkan sekali uang serta sembako.
"Tahu sendiri, waktu Covid-19 kaya gimana keadaannya, saya lagi butuh banget tahu-tahu bantuan yang kedua diambil orang pake nama saya, kenal lagi orangnya," kata dia sambil tersenyum.
Cahya mengungkapkan, namanya telah terdaftar sebagai penerima BLT subsidi BBM. Namun, Cahya tak berharap lebih, ia takut kejadian serupa kembali terjadi.
"Saya nggak berharap sama itu (BLT). Masih di kasih kaki, masih di kasih pikiran, dan tenaga, saya harus terus usaha," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.