Kendati begitu, ia menyebut air kiriman atau luapan sungai Citarum yang melanda wilayahnya sekarang sudah tergolong lebih cepat surut.
Hal itu folder air yang sudah dibangun, kemudian pintu air yang berada dekat dengan tanggul sungai Citarum sudah ditutup.
"Sekarang paling surut hanya dalam waktu 3 jam, terus kalau hujan di Kota sudah berhenti, maka di sini juga udah berhenti karena sekarang sudah ada folder air. Ini mah air kiriman, kalau di sini karena pintu air yang dekat makam di RW 2 sudah di tutup kemungkinan air Citarum gak naik," jelasnya.
Baca juga: Bengkulu Diterjang Banjir dan Longsor, 1 Warga Hanyut Ditemukan Meninggal Dunia
Selain cepat surut, saat ini banjir di wilayahnya tidak terlalu parah. Ia menyebut tahun 2021 banjir paling parah hanya setinggi 1 meter saja.
Selain itu, ketika hujan datang, ia dan warga sekitar sudah mempersiapkan banyak hal untuk mengantisipasi meluapnya air sungai citarum atau banjir kiriman yang tak mereda.
"Paling begadang saja kalau ada air yang sudah datang dekat pintu, barang-barang saya masukin ke para, paling kendaraan motor yang di pindahkan," ungkapnya.
Meski cenderung lebih cepat surut, namun ia masih khawatir adanya tanggul jebol akibat intensitas hujan yang tak berkurang.
"Tanggul yang dekat RW 4, RW 5, RW 2 masih menggunakan karung berisi tanah belum permanen, itu khawatir takut jebol dan itu pasti nambah kekhawatiran," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.