Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Petani Kopi di Garut soal Kulit Kopi, Dulu Sampah Kini Jadi Cuan Tambahan

Kompas.com - 09/10/2022, 16:12 WIB
Ari Maulana Karang,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

GARUT, KOMPAS.com – Sejak 2015, Asep Rustiana Hidayat yang menjabat Ketua Kelompok Tani Bina Bakti di Desa Tanjung Karya Kecamatan Samarang Garut, bersama puluhan anggotanya mulai mengembangkan tanaman kopi di kawasan kaki Gunung Guntur hingga kawasan kaki pegunungan Kamojang.

Tak hanya menanam pohon kopi, mereka juga mengolah kopi hasil panen hingga siap saji dengan kualitas premium.

Selain mendapatkan keuntungan dari menjual kopi, para petani juga mendapat penghasilan tambahan dari olahan kulit kopi yang sudah dilakoni beberapa tahun terakhir.

Dulunya, kulit kopi hanya dianggap sampah. Ditumpuk begitu saja dan sama sekali tidak dimanfaatkan.

Baca juga: Diimingi Uang, Siswi SMP di Sumbawa Dicabuli Tetangga Beberapa Kali di Kebun Kopi

“Kalau dalam masa panen selama tiga bulan sekali, tiap hari limbah kulit kopi bisa mencapai 5 sampai 7 ton. Itu (kulit kopi, dulu) ditumpuk saja, dikumpulkan di satu tempat,” kata Asep saat ditemui akhir pekan lalu di secretariat Kelompok Tani Bina Bakti.

Sebagai ketua kelompok tani, Asep memang menerima hasil panen kopi dari anggotanya.

Oleh Asep, biji kopi segar (chery) tersebut pun dikupas dari kulitnya dan kemudian bijinya diolah hingga menjadi kopi siap seduh.

Kulit kopi ini, sebelumnya menjadi limbah yang sempat membuat bingung dirinya karena terus menumpuk tanpa bisa dimanfaatkan.

“Memang (kulit kopi) bisa diolah jadi teh cascara, tapi pasarnya tidak jelas, karena memang belum dikenal dan orang belum terbiasa minum teh kulit kopi,” katanya.

Melihat kulit kopi yang menumpuk, Asep bersama para anggota kelompok taninya pun melakukan berbagai percobaan mengolah kulit kopi tersebut, hingga akhirnya mendapatkan formula untuk menjadikan kulit kopi jadi pupuk organik yang belakangan laku dijual.

“Saya penyuluh swadaya keliling, jadi sering ikut pelatihan dan melatih juga sampai keluar Jawa Barat,” kata Asep ketika ditanya darimana mendapatkan formula pengolahan kulit kopi hingga menjadi pupuk organik.

Untuk mengolah kulit kopi menjadi pupuk organik, para anggota kelompok tani memanfaatkan bahan campuran yang bisa didapat di sekitar kampung. Mulai dari kotoran domba, bubuk dedak penggilingan padi, kapur pertanian, air cucian beras, molase hingga mikroorganisme.

Para oetani mencampurkan kulit kopi dengan bahan lainnya sebelum difermentasi untuk dijadikan pupuk organik di halaman sekretariat kelompok tani Bina Bakti di Desa Tanjung Karya Kecamatan Samarang akhir pekan lalu.KOMPAS.COM/ARI MAULANA KARANG Para oetani mencampurkan kulit kopi dengan bahan lainnya sebelum difermentasi untuk dijadikan pupuk organik di halaman sekretariat kelompok tani Bina Bakti di Desa Tanjung Karya Kecamatan Samarang akhir pekan lalu.

Semua bahan tersebut dicampur dengan kulit kopi, kemudian difermentasi selama satu bulan.

“Setelah satu bulan di fermentasi, lalu dikeringkan, digiling dan disaring agar bersih, lalu dikemas untuk dijual,” katanya.

Sebelum dijual, menurut Asep pupuk buatan kelompok taninya, digunakan sendiri oleh para petani kopi yang jadi kelompok taninya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kanwil Kemenkumham Jabar Bakal Gandeng Kades untuk Awasi WNA

Kanwil Kemenkumham Jabar Bakal Gandeng Kades untuk Awasi WNA

Bandung
Dukung Dedi Mulyadi Jadi Gubernur Jabar, Buruh Pro KDM: Tidak Ada Lagi yang Cocok

Dukung Dedi Mulyadi Jadi Gubernur Jabar, Buruh Pro KDM: Tidak Ada Lagi yang Cocok

Bandung
Gempa M 4,2 Kabupaten Bandung, Kapolsek Pangalengan: Terasa tapi Tak Sebesar Gempa Garut

Gempa M 4,2 Kabupaten Bandung, Kapolsek Pangalengan: Terasa tapi Tak Sebesar Gempa Garut

Bandung
Detik-detik Pendaki Asal Bandung Meninggal Dunia di Gunung Ciremai, Diduga Kelelahan

Detik-detik Pendaki Asal Bandung Meninggal Dunia di Gunung Ciremai, Diduga Kelelahan

Bandung
Gempa M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Tak Berisiko Tsunami

Gempa M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Tak Berisiko Tsunami

Bandung
Mobil Terguling di Majalengka, Sopir: Saya Ngantuk karena Bergadang Nonton Timnas Indonesia

Mobil Terguling di Majalengka, Sopir: Saya Ngantuk karena Bergadang Nonton Timnas Indonesia

Bandung
Cerita Anak-anak Muda dengan Mental Disabilitas Memupuk Impian

Cerita Anak-anak Muda dengan Mental Disabilitas Memupuk Impian

Bandung
Berawal dari Notifikasi 'Sayang', Suami di Bandung Bunuh Istrinya lalu Serahkan Diri ke Polisi

Berawal dari Notifikasi "Sayang", Suami di Bandung Bunuh Istrinya lalu Serahkan Diri ke Polisi

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Bandung
21 Kecamatan di Sukabumi Terdampak Gempa Garut

21 Kecamatan di Sukabumi Terdampak Gempa Garut

Bandung
Senjata Api dan Peluru Ditemukan di Kolam di Sukabumi, Warga Terkejut

Senjata Api dan Peluru Ditemukan di Kolam di Sukabumi, Warga Terkejut

Bandung
Suami yang Bunuh Istri di Bandung Dikenal Kurang Berinteraksi dengan Tetangga

Suami yang Bunuh Istri di Bandung Dikenal Kurang Berinteraksi dengan Tetangga

Bandung
Kronologi Suami Bunuh Istri di Bandung, Pelaku Ngamuk Saat Lihat Pesan Pria Lain

Kronologi Suami Bunuh Istri di Bandung, Pelaku Ngamuk Saat Lihat Pesan Pria Lain

Bandung
5.000 Buruh Karawang Ikut Aksi May Day di Jakarta

5.000 Buruh Karawang Ikut Aksi May Day di Jakarta

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com