Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi KH Ahmad Sanusi, Salah Satu Perumus Dasar Negara yang Mendapat Gelar Pahlawan Nasional

Kompas.com - 07/11/2022, 21:49 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - KH Ahmad Sanusi adalah salah satu pejuang, ulama, dan tokoh bangsa dari daerah Jawa Barat yang diberi gelar pahlawan nasional.

Dikutip dari laman setkab.go.id, pemberian gelar pahlawan nasional kepada KH Ahmad Sanusi antara lain karena beliau merupakan salah satu anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Baca juga: Biografi Haji Salahuddin bin Talabuddin, Pejuang Merah Putih dari Halmahera yang Mendapat Gelar Pahlawan Nasional

KH Ahmad Sanusi menjadi tokoh Islam yang turut memperjuangkan dasar negara Pancasila, terutama ketika terjadi konflik pada penentuan sila pertama.

Berkat jasa-jasanya saat itu, perdebatan mengenai ideologi negara yang terbagi menjadi negara Islam dan negara sekuler dapat mencapai jalan tengah dengan lahirnya ideologi Pancasila.

Baca juga: Biografi dr.Raden Rubini Natawisastra, Sosok Dokter dengan Misi Kemanusiaan yang Mendapat Gelar Pahlawan Nasional

Biografi singkat KH Ahmad Sanusi

Dilansir dari pemberitaan Kompas.com (31/07/201), KH Ahmad Sanusi lahir di Sukabumi, 18 September 1889.

Beliau merupakan putra dari Ajengan Haji Abdurrahim bin Yasin.

Baca juga: Biografi KGPAA Paku Alam VIII, Raja dari Kadipaten Pakualaman yang Mendapat Gelar Pahlawan Nasional

Sebagai putra dari seorang kiai, KH Ahmad Sanusi belajar mengenai ilmu-ilmu Islam sejak ia masih kecil dan mengaji di beberapa pesantren di Jawa Barat.

Ketika berusia 20 tahun, KH Ahmad Sanusi menikah dengan Siti Juwariyah.

Selepas menikah, KH Ahmad Sanusi dikirim ayahnya pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus memperdalam ilmu agama.

Sewaktu di Mekah, beliau juga sempat mendapatkan gelar sebagai Imam Besar Masjidil Haram.

Sekembali ke kampung halaman, KH Ahmad Sanusi lantas membantu sang ayah mengajar di Pesantren Cantayan.

Pada tahun 1915, beliau diminta oleh salah seorang kawan untuk menjadi penasihat Sarekat Islam Sukabumi.

KH Ahmad Sanusi sempat menerima tawaran tersebut, namun tidak berlangsung lama karena tidak setuju dengan sistem sentralisasi dianut oleh Sarekat Islam.

Beliau menginginkan dana dari anggota Sarekat Islam tidak semuanya diserahkan ke pusat, tetapi juga dibagi ke daerah-daerah. Sayangnya usilan tersebut ditolak.

Pada tahun 1922, KH Ahmad Sanusi kembali fokus dalam bidang pendidikan dan berdakwah dan mendirikan pesantren di Kampung Genteng.

Berkat pesantren tersebut, KH Ahmad Sanusi mendapat julukan "Ajengan Genteng".

Perjuangan dan Kontribusi KH Ahmad Sanusi

Sewaktu menjadi anggota Sarekat Islam, KH Ahmad Sanusi sempat menarik perhatian karena dianggap memberi inspirasi untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda.

Belanda mendapat laporan adanya sejumlah warga di wilayah Priangan Barat melanggar perintah pamong desa setelah mengikuti pengajian KH Ahmad Sanusi.

Sejak saat itu, beliau mulai dianggap sebagai ajengan yang anti-pemerintah dan gerak-geriknya diawasi oleh pihak Belanda.

Fitnah yang dilakukan pihak Belanda kemudian membuat KH Ahmad Sanusi sempat dipenjara di Sukabumi dan Cianjur, masing-masing selama enam dan tujuh bulan.

Pada tahun 1927, atas perintah Gubernur Jenderal ACD de Graeff, KH Ahmad Sanusi dipindahkan ke tahanan di Tanah Tinggi, Batavia.

Setelah bebas pada 1934, KH Ahmad Sanusi kembali ke Sukabumi dan tinggal di Gunung Puyuh, serta mendirikan Pesantren Syamsul Ulum.

Pada tahun 1944, tepatnya saat Jepang masuk ke Indonesia, beliau diangkat menjadi Foku Shuchohan atau Wakil Residen di wilayah Bogor.

Setelah itu, KH Ahmad Sanusi diangkat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Salah satu pemikiran KH Ahmad Sanusi adalah mengusulkan bentuk negara jumhuriyah atau republik.

Peran penting KH Ahmad Sanusi dalam BPUPKI adalah ketika beliau menjadi penengah saat terjadi konflik mengenai sila pertama dalam rumusan dasar negara.

Selanjutnya, saat revolusi berkecamuk, KH Ahmad Sanusi juga bergabung menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

Beliau turut pindah ke Yogyakarta tahun 1946 dan baru kembali ke Sukabumi ketika perang berakhir.

KH Ahmad Sanusi tutup usia pada 31 Juli 1950 dan dimakamkan di di Gunung Puyuh.

Sumber:
setkab.go.id 
jabar.tribunnews.com
kompas.com (Penulis : Verelladevanka Adryamarthanino | Editor : Nibras Nada Nailufar)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sopir Katering yang Dihajar Prajurit TNI Minta Maaf dan Cium Tangan Pelaku

Sopir Katering yang Dihajar Prajurit TNI Minta Maaf dan Cium Tangan Pelaku

Bandung
Kasus Mayat Dalam Koper, Pelaku Ucapkan Belasungkawa dan Ajak Ngobrol Keluarga Korban

Kasus Mayat Dalam Koper, Pelaku Ucapkan Belasungkawa dan Ajak Ngobrol Keluarga Korban

Bandung
Mantan Karyawan Pikiran Rakyat Kembali Demo, Tuntut Manajemen Bayarkan Haknya

Mantan Karyawan Pikiran Rakyat Kembali Demo, Tuntut Manajemen Bayarkan Haknya

Bandung
Lagi, Video Viral Pungli di Tempat Wisata Sentul Bogor

Lagi, Video Viral Pungli di Tempat Wisata Sentul Bogor

Bandung
Aturan Zonasi PPDB Baru Berlaku di Jabar, Tak Bisa Lagi Asal Pindah KK

Aturan Zonasi PPDB Baru Berlaku di Jabar, Tak Bisa Lagi Asal Pindah KK

Bandung
Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Keluarga Korban Sempat Ketemu Pelaku di Kantor

Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Keluarga Korban Sempat Ketemu Pelaku di Kantor

Bandung
Warga Bogor Meninggal Setelah Ditabrak Oknum Polisi, Ditolak Saat Melapor

Warga Bogor Meninggal Setelah Ditabrak Oknum Polisi, Ditolak Saat Melapor

Bandung
Pria di Karawang Tewas di Tangan Mantan Suami Istrinya

Pria di Karawang Tewas di Tangan Mantan Suami Istrinya

Bandung
Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Pelaku Teman Korban yang Butuh Uang untuk Resepsi

Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Pelaku Teman Korban yang Butuh Uang untuk Resepsi

Bandung
Titik Terang Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Keluarga: Semoga Pelaku Dihukum Berat

Titik Terang Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Keluarga: Semoga Pelaku Dihukum Berat

Bandung
Kisah Relawan Tagana, 4 Bulan Tinggalkan Keluarga Bantu Penyintas Gempa Cianjur

Kisah Relawan Tagana, 4 Bulan Tinggalkan Keluarga Bantu Penyintas Gempa Cianjur

Bandung
Terungkap, Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Suami Korban: Semua Menduga Saya Pelakunya

Terungkap, Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Suami Korban: Semua Menduga Saya Pelakunya

Bandung
Balai Kota Bandung Bakal Bebas Kendaraan Bermotor Setiap Jumat

Balai Kota Bandung Bakal Bebas Kendaraan Bermotor Setiap Jumat

Bandung
Syarat Calon Independen Pilkada Jabar 2024: 2,3 Juta Dukungan KTP

Syarat Calon Independen Pilkada Jabar 2024: 2,3 Juta Dukungan KTP

Bandung
Pj Gubernur Jabar Turun Tangan Damaikan Kisruh Bupati dan Sekda Cianjur

Pj Gubernur Jabar Turun Tangan Damaikan Kisruh Bupati dan Sekda Cianjur

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com