Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok SAN, Perempuan yang Tipu Ratusan Mahasiswa di Bogor hingga Terjerat Pinjol, Kerap Ribut dengan Keluarga

Kompas.com, 18 November 2022, 10:45 WIB
Rachmawati

Editor

Sering ribut dengan keluarga

Sosok SAN pun terungkap pernah bertempat tinggal di kontrakan wilayah Tegak Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor.

Di gang sempit diantara rumah warga, SAN dan keluarganya pernah mengontrak di wilayah itu. Namun, saat ini SAN sudah pindah ke wilayah Ciomas Bogor.

Ketua RT setempat, Kamaludin menceritakan, bahwa dirinya mengenal SAN sebagai sosok seseorang yang sopan.

SAN tinggal bersama keluarganya di kontarakan yang berada tepat di depan rumah Kamaludin. Saat pertama kali mengontrak, SAN mash duduk di bangku SD.

SAN diketahui yatim dan ia tinggal bersama empat anggota keluarga yakni ibu, kaka dan adiknya di kontrakan tersebut.

Baca juga: Pemilik Toko Online Jadi Tersangka Penipuan 116 Mahasiswa IPB yang Terjerat Pinjol

"Dia orangnya sopan. Ga pernah macam-macam. Sama tetangga juga sopan menghargain lah istilahnya. Nah, terakhir dia mengontrak di kontrakan depan rumah saya ini, yang sekarang warung," kata RT Kamal saat disambangi di kediamannya, Rabu (16/11/2022) malam dikutip dari Tribunnews Bogor.

"Ngontrak disini sudah lama sejak dia masih SD, saya juga belum jadi RT. Dia anak yatim, dia tinggal 4 anggota keluarga, ibunya, kakaknya sama adiknya. Tahun nya saya lupa tahun berapa, dia masih SD atau SMP. Pokonya dia ngga lahir disini," tambah dia.

Menurut Kamal, kehidupan SAN normal-normal saja. Namun semenjak bekerja, SAN kerap dirundung masalah bahkan sering terlihat ribut dengan keluarganya.

"Dulu masih sekolah, normal kehidupannya ngga neko-neko. Tapi akhir-akhir ini setelah dia kerja banyak masalah. Dia sering berantem sama ibunya sendiri, sama kakaknya juga, jadi memang meresahkan kalau mau disebut begitu, itu karena berisiknya itu," ungkapnya.

Baca juga: 2 Benda yang Harus Dijaga Mahasiswa agar Tidak Terjerat Pinjol

Ilustrasi penipuan, manipulasi, dan kebohonganSHUTTERSTOCK/TWINSTER PHOTO Ilustrasi penipuan, manipulasi, dan kebohongan
"Kalau lagi ribut sama ibu atau kakaknya memang sering teriak teriak kaya kesurupan. Memang karakternya begitu. Saya juga kadang kesitu nyamperin, terus adem lagi, besoknya baikan lagi mereka, sudah boncengan lagi, aneh saya juga makanya," tambahnya.

Kamal memastikan bahwa memang sejauh ini, masalah dari SAN hanya sebatas itu.

"Sejauh ini masalah dia cuma begitu gitu aja. Kalau sampe punya masalah sama tetangga atau warga lain disini mah ngga pernah," tambahnya.

Namun ia bercerita kontrakan SAN pernah didatangi pihak perusahaan tempatnya bekerja yang mengaku SAN menggelapkan uang perusahaan.

Saat itu pihak perusahaan juga menemui Kamal yang menjabat sebagai Ketua RT di periode tahun 2018. Nilai uang yang digelapkan mencapai Rp 45 juta.

"Dia kerja di marketing, ngga tau gimana ceritanya dia bilang di celuler gitu. Jualin kartu perdana gitu. Di daerah Bekasi. Nah itu kasus tuh, dia dilaporin sama tempat kerjanya," kata dia.

Baca juga: Duduk Perkara Ratusan Mahasiswa IPB Terlibat Pinjol

"Orang perusahan sempat datang ke saya, tanya tanya soal dia. Orang itu bilang dia menggelapkan uang. Dia bawa surat panggilan polisi. Kalau ga salah dari Polres Bekasi itu pemanggilan. Itu 2018an, sudah lama juga itu. Nilainya Rp 45 juta lah. Itu penjualan kartu perdana," ungkapnya.

Ia menduga kasus tersebut selesai atas bantuan pihak kelurganya yang dikenal sebagai orang berada.

"Tapi masalah itu selesai, ngga tahu ya selesainya gimana. Mungkin ada bantuan keluarga besar atau apa ya, saya kurang tau bagaimana penyelesaianya. Tapi selesai, adem setelah itu. Dia tetap ada disini (kontrakan) juga," tambahnya.

Ternyata permasalahn yang diterima SAN bukan hanya sekali. Namun Kamal memilih tak melibatkan diri.

"Banyak maslah, banyak yang dateng tapi saya ngga tanggepin karena saya kira ngga akan melibatkan saya, jadi saya anggap angin lalu lah ya. Setelah itu ada lagi dateng, masalah lagi itu, tapi saya ngga tangggepin dah kalau yang itu, bilangnya dari perusahaan juga, ngga tahu itu perusahaan mana gitu," ungkapnya.

Baca juga: Rektor IPB: Ratusan Mahasiswa Terjerat Pinjol adalah Korban Penipuan

Kasus serupa juga dialami SAN pada tahun 2022. SAN yang disapa Butet itu diketahui menggadaikan sertifikat rumah kontrakan yang ia akali agar bisa jadi syarat membeli mobiil.

"Terbaru itu, kaget juga saya, karena menurut saya itu kok anak sekecil itu sudah berani memalsukan AJB rumah kontrakan yang dia tempati. Kan saya tahu itu kontrakan siapa, ngga mungkkin dia punya AJBnya kan. Nah saya lagi pelatihan nih, istri saya telpon, pak ini ada dari leasing. Jadi katanya dia ngga pernah bayar, tapi unit monilnya ngga ada," jelasnya.

"Kejadian itu bulan Oktober. Dia pindah rumah ke Ciomas kan Maret. Akhirnya pihak leasing itu ngomong, kalau SAN itu agunkan rumah kontrakan yang diakui sebagai rumahnya. Saya lihat AJB itu meragukan," imbuhnya.

Didatangi mahasiswa

Ilustrasi investasi bodong, ilustrasi penipuan investasiSHUTTERSTOCK Ilustrasi investasi bodong, ilustrasi penipuan investasi
Setelah kasus tersebut dan kepindahannya ke Ciomas, beberapa mahasiwa yang mengaku dari IPB juga berdatangan mencari SAN.

Sekitar periode bulan Agustus 2022, sejumlah mahasiswa hilir mudik mencari keberadaan dari SAN ini.

"Terus datang lah itu banyak mahasiswa IPB, mereka cuma nanyain aja rumahnya disitu atau bukan. Mereka juga tanya sehari hari kaya apa gitu. Saya jawab aja. Dia sopan orangnya, ngga pernah bikin masalah sama orang sini mah. Galak juga sama keluarganya saja," tambahnya.

Dari situlah, Kamal kembali mengetahui, bahwa SAN terlibat kasus kembali.

Mahasiswa IPB itu bercerita kepada Kamal, bahwa dirinya merasa tertipu dengan ajakan yang bermula dari kerjasama.

"Terus mereka cerita, saya tuh diajak kerjasaama, kami kan punya even dan dia itu sponsor untuk pendanaan segala macem, akhirnya saya ketipu. Uangnya ngga ada," tambahnya.

Baca juga: 311 Mahasiswa Bogor Terlibat Pinjol, Rektor IPB: 116 Mahasiswa Kami

Teranyar, sekitar dua pekan lalu, kata Kamal, seorang bapak pun kembali mencari keberadaan dari SAN.

Kepada dirinya, bapak itu mengaku bahwa anaknya tertipu oleh SAN.

"Nah dua minggu lalu ya ada bapak-bapak nanya juga kesaya gitu. Katanya anaknya ketipu. Udah bikin laporan juga. Cuman belum kuat karena kan semacam kerjasama gitu. Karema anaknya dapat untung dari investasi katanya. Pernah dapat juga," imbuhnya.

Meski begitu, diakui Kamal, SAN tidak pernah sama sekali membuat kasus dengan warga di wilayahnya ini.

Bahkan, untuk sekedar menawarkan investasi maupun pinjaman online tidak pernah dilakukan oleh SAN.

Baca juga: Ratusan Mahasiswa Terjerat Pinjol, IPB Koordinasi dengan OJK

"Disini ngga apernah nawarin, ke ibu ibu atau apa gitu. Saya juga ngga tahu dia punya OL Shop, tau dari berita saya baca. Nawarin beli aja ngga pernah," tambahnya.

"Saya ngga percaya sebetulnya ada aduan dari anak mahasiswa gitu. Masa sih sampe begitu, makanya saya ngga percaya juga," tandasnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Afdhalul Ikhsan | Editor : Gloria Setyvani Putri), TribunnewsBogor.com

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau