Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Alternatif Garut-Cicalengka Rusak Parah, Warga Sebut Banyak Kecelakaan

Kompas.com, 2 Desember 2022, 18:07 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Warga Kampung Cidegdeg, Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengeluhkan jalan yang rusak dan berlubang.

Pantauan Kompas.com di lokasi, jalan yang kerap dijadikan jalur alternatif saat mudik lebaran itu terlihat hancur. Material bebatuan, serta tanah menambah buruk jalan penghubung Cicalengka-Garut tersebut.

Selain itu, terdapat juga beberapa batang pohon berukuran besar yang tumbang dan berserakan di pinggir jalan.

Tak hanya rusak dan berlubang, lumpur serta kubangan pun terdapat di beberapa titik, terutama di bagian jembatan.

Baca juga: Jalan Rusak, Ibu Hamil di Sikka Ditandu 9 Km Menuju Puskesmas

Sebagian jalan yang berlubang ditutup warga menggunakan pasir agar bisa dilalui kendaraan. Namun saat hujan turun, pasir itu menjadi lumpur.

Akibatnya, tak sedikit kendaraan yang kesulitan untuk melalui jembatan itu. Hal ini terlihat dari banyaknya bekas ban motor dan mobil yang terjebak.

Warga setempat bernama Muhamad Yakub (40) mengatakan, sudah dua tahun jalan tersebut dibiarkan rusak.

"Jalan ini tuh dulu rusak parah, kemudian dibetulkan tahun 2018, tapi ternyata cuma bertahan dua tahun (2020). Sampai sekarang kondisinya masih kaya gini (rusak dan tak diperbaiki)," katanya ditemui, Jumat (2/12/2022).

Pria yang akrab disapa Kukuh ini mengungkapkan, material bekas pembangunan jalan memperparah kondisi di sepanjang jalan. Bebatuan, sisa tanah, dan semen yang mengeras tidak dibersihkan oleh pengembang pembangunan jalan.

Jalan alternatif Cicalengka menuju Garut ini diperkirakan mencapai 10 kilometer. Sementara jalan rusak dan berlubang total sekitar dua km, di mana tempatnya berbeda.

"Dari jembatan ke lokasi jalan yang turun ini, (jalan rusak) udah kurang lebih 200 meter. Yang di atas juga kurang lebih 200 meter. Kalau yang di atas itu rusak berbatu dan ada lumpurnya, sisanya dari bawa banyak sekali yang berlubang, kalau ditotalkan ya 2 kilometer mengalami rusak," ungkapnya.

Selain rusak, sepanjang jalan tersebut tidak dilengkapi penerangan jalan umum (PJU). Hal ini memicu banyak kecelakaan di kawasan tersebut. Dalam satu bulan terakhir, sudah ada empat kendaraan mengalami kecelakaan.

Warga Kampung Cidegdeg, Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengeluhkan jalan yang rusak dan berlubang. Jalan tersebut kerap digunakan untuk jalur alternatif mudik lebaran dari Garut menuju Cicalengka.KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Warga Kampung Cidegdeg, Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengeluhkan jalan yang rusak dan berlubang. Jalan tersebut kerap digunakan untuk jalur alternatif mudik lebaran dari Garut menuju Cicalengka.

Andini (30), warga Cicalengka yang pernah mengalami kecelakaan karena jalan berlubang di kawasan itu mengatakan, kendaraannya pernah dua kali terjebak lubang saat melintasi jalan tersebut.

"Waktu itu pake mobil pernah beberapa hari sebelum lebaran, ban mobilnya masuk ke lumpur, jadi harus minta bantuan," kata dia.

Andini mengatakan, kejadian kedua baru semalam ia alami. Motor yang dikendarainya terpeleset dan akhirnya jatuh tepat di jalan yang mengalami penurunan.

"Jatuh, motor saya rusak, semalem banget pasa mau ke sini. Jadi kan di sini mah gelap gak ada penerangan, kabut juga, jalan rusak ya pasti berbahaya," tambahnya.

Kendati begitu, belum ada tindakan dari pemerintah terdekat atau pemerintah daerah (Pemda) Kabupaten Bandung terkait jalan tersebut.

Kukuh berharap, baik jalan yang berlubang, rusak dan berlumpur tersebut segera diperbaiki, serta pengembang yang mendapatkan proyek pembangunan jalan agar bertanggung jawab terhadap material sisa yang ditinggalkan.

Tanggapan pemerintah

Sementara Camat Cikancung Ajat mengatakan, pihaknya belum mensurvei jalan rusak dan berlubang di Desa Mandalasari tersebut.

"Maaf saya belum survei, kan sebagian sudah dicor," katanya kepada Kompas.com melalui pesan singkat.

Namun, pihaknya tidak menjelaskan detail terkait kerusakan jalan tersebut, ia hanya membenarkan bahwa jalan tersebut merupakan jalan Desa Mandalasari

Baca juga: Tak Perlu Repot, Masyarakat Bisa Laporkan Jalan Rusak via Aplikasi Ini.

"Itu jalan Desa, kalau jelasnya coba tanya ke kadesnya," tambah dia.

Terkait jalan rusak dan berlubang di Desa Mandalasari tersebut Kompas.com berupaya menghubungi Dinas terkait untuk mengkonfirmasi hal itu. Namun hingga berita ini ditulis, belum ada satu pun pihak yang bersedia dikonfirmasi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Bandung
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Bandung
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Bandung
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Bandung
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
Bandung
4 Gadis Pengeroyok Remaja Putri di Tasikmalaya: Putus Sekolah, Tinggal di Kos
4 Gadis Pengeroyok Remaja Putri di Tasikmalaya: Putus Sekolah, Tinggal di Kos
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau