Setelah semua persiapan lengkap, maka tradisi cingcowong pun bisa untuk dilaksanakan.
Tradisi cingcowong dipimpin oleh seorang yang dinamakan punduh sebagai orang yang dianggap memiliki kemampuan khusus yang berhubungan dengan makhluk dan kekuatan supernatural.
Seorang punduh akan dibantu oleh beberapa orang yang bertugas untuk memegang boneka cingcowong, serta memainkan dua alat musik utama yaitu buyung dan bokor.
Ada pula sinden yang bertugas melantunkan lagu-lagu tertentu untuk mengiringi trian boneka cingcowong.
Pemain buyung dan bokor serta sinden akan memainkan lagu sebagai tanda dimulainya ritual.
Punduh dan pembantunya akan memegang boneka cingcowong masuk ke dalam tempat ritual.
Boneka cingcowong yang dipegang akan digerakan seakan berjalan di antara anak tangga yang diletakkan di atas lantai, dimulai dari ujung awal sampai ujung akhir sebanyak tiga kali bolak-balik.
Kemudian punduh akan duduk di tengah tangga dengan memangku boneka cingcowong dan menghadapkan wajah boneka ke arah cermin.
Punduh kemudian akan melakukan gerakan seperti menyisir rambut boneka menggunakan sisir.
Para pembantu yang duduk di samping punduh ikut memegangi sabuk yang dikenakan boneka cingcowong karena boneka akan mulai bergerak mengikuti alunan lagu.
Semakin lama, boneka cingcowong akan bergerak seperti tidak terkendali setelah kalimat terakhir dari lagu cingcowong dinyanyikan oleh sinden.
Gerakan tak terkendali ini dipercaya menandakan bahwa boneka cingcowong tersebut telah mulai dirasuki roh gaib.
Bergeraknya boneka cingcowong ini memang di luar nalar, sehingga kerap dihubungkan dengan hal-hal yang bernuansa mistis.
Adakalanya boneka cingcowong akan bergerak mendatangi kerumunan penonton dan membuat mereka berhamburan karena ketakutan.
Untuk menetralkan suasana, punduh akan mengucapkan kata-kata “cingcowong cingcowong, hulu canting awak bubu” yang berarti cingcowong cingcowong kepala canting badan bubu, diiringi dengan cipratkan air bunga kemboja kepada para penonton sambil mengucapkan kata-kata “ hujaan… hujaan… hujaan….”.
Saat ini tradisi cingcowong sudah mulai mengalami pergeseran dan modifikasi dari ritual pemanggil hujan menjadi tarian atau snei hiburan rakyat.
Hal ini memiliki alasan untuk menyelamatkan tradisi cingcowong yang hampir punah.
Sumber:
kebudayaan.kemdikbud.go.id
cirebon.tribunnews.com