Padahal, 26 anggota kelompok tani ini memiliki kebutuhan khusus yang berbeda-beda. Oleh karenanya, mereka memerlukan alat pertanian yang lebih modern untuk memudahkan aktivitas mereka.
"Di sini ada tunadaksa, tunarungu, tunagrahita. Sementara ini kita bagi-bagi pekerjaan menyesuaikan kebutuhan mereka. Harapan kita makanya ada bantuan traktor agar meringankan beban kerja," tuturnya.
Begitu pun pada sektor pemasaran hasil tani, Permana memilih jalur independen untuk menjajakan komoditas hasil tani. Mereka tidak menjual kepada tengkulak maupun pengepul, mereka memilih menjual langsung kepada konsumen.
"Kita jual langsung hasil panennya ke konsumen. Keuntungannya lebih terasa, minimal jadi ada uang jajan ke anggota," jelas Permana.
Di tengah gembar-gembor program Petani Milenial, 26 penyandang disabilitas masih tumbuh mandiri. Bagi mereka, perlahan tapi pasti, selalu ada jalan untuk bertani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.