Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terjebak Macet akibat Banyak Wisatawan di Puncak Bogor, Pemudik Lokal Ini Mengeluh Tekor Uang Bensin

Kompas.com, 24 April 2023, 22:22 WIB
Afdhalul Ikhsan,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Kemacetan parah masih terus terjadi di sejumlah ruas di Jalan Raya Puncak Bogor, Jawa Barat, pada H+2 Lebaran atau Senin (24/4/2023). 

Hingga pukul 20.30 WIB, kemacetan masih belum juga terurai sehingga penumpukan kendaraan motor dan mobil kian menjadi-jadi di beberapa titik.

Seorang pemudik sepeda motor tujuan Jakarta, Basir (54) mengaku terdampak kemacetan tersebut.

Basir dan keluarga kecilnya (istri dan satu anak) hendak balik mudik dari Cilaku, Cianjur, ke daerah Kalideres, Jakarta Barat. 

Baca juga: 50.000 Kendaraan Masuk Puncak Bogor, Ini 5 Titik Macetnya

Dia mengaku sudah mengantisipasi kemacetan tersebut. Ia bahkan berangkat dari rumah sanak saudaranya sejak Senin siang sekitar pukul 14.00 WIB demi menghindari kemacetan.

Sang istri dan anak perempuannya sudah menyiapkan segala perlengkapan untuk arus balik mudik ke Jakarta. Tetapi ternyata, berangkat lebih awal tidak menjamin kelancaran perjalanan.

"Pengin ngehindarin macet Lebaran kedua (arus balik mudik). Eh, tahunya malah gini lewat Puncak," kata Basir ketika ditemui Kompas.com di pinggir jalan Ciawi, Senin malam.

Penyesalan pun dirasaka Basir. Dia mengaku seharusnya dari awal berangkat melawati Jonggol alias jalur alternatif Transyogi saja. 

Alhasil, ia dan istri beserta anaknya harus menanggung risiko kelelahan serta kerugian materi.

"Dari Cipanas itu udah enggak bisa gerak, motor-motor pada mogok, kehabisan bensin dan mereka pada ngedorong. Untung aja saya tadi pas habis bensin ada yang jual," ujarnya.

Ia membayar penyesalan itu dengan rasa lelah karena harus menempuh waktu yang begitu lama. Biasanya, kata dia, jarak dari Cianjur ke Kalideres, Jakarta hanya ditempuh 5 sampai 6 jam saja. Kini, ia harus menempuh perjalanan 12 jam ke tempat tinggalnya di Kalideres tersebut.

"Ya gimana, baru nyampe Bogor (Ciawi) aja itu udah 6 jam loh. Kalau masih macet begini bisa sampai jam 1 malam nyampe, belum di Kota Bogor nya bakal macet lagi ini. Ya bisa 12 jam baru sampai di rumah," ungkapnya.

"Isi bensin biasanya cukup Rp 50.000 ke Kalideres Jakarta. Nah, ini aja baru sampai Bogor udah habis. Rugi banyak. Jadinya bensin isi dua kali. Tekor," keluh Basir sambil membetulkan jas hujannya di pinggir jalan.

Menurut Basir, kemacetan parah yang terjadi di Puncak Bogor disebabkan banyak pemotor wisatawan yang tidak mau mengalah. Akibatnya, dia sebagai pemudik lokal terkena imbasnya.

Baca juga: Saat Wisatawan Puncak Bogor Memilih Menyerah Setelah Terjebak Macet 5 Jam, Wisata Hanya Sebatas di Dalam Tol

Tak hanya itu, para wisatawan juga kerap menggunakan jalur kiri untuk menikmati pemandangan liburan. Sehingga, imbasnya antrean kendaraan semakin panjang.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau