Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penampakan Rumah Mewah Milik Kepala Bea Cukai Andhi Pramono di Bogor, Kubah Ala Eropa dan Taman Bergaya Bali

Kompas.com, 13 Mei 2023, 21:40 WIB
Afdhalul Ikhsan,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Kondisi terkini rumah mewah milik Kepala Bea Cukai Makassar, Andhi Pramono terpantau kosong, sepi, usai digeledah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Jumat (12/5/2023).

Rumah itu terletak di perumahan Legenda Wisata, kawasan Cibubur, Desa Nagrak, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 

Dari pantauan Kompas.com, rumah mewah bak istana itu ternyata berada dekat pintu masuk perumahan atau dekat jalan utama. Letak rumah ini ada di Klaster Washington Barat, Blok D nomor 1907. 

Baca juga: Rumah Mewah Milik Kepala Bea Cukai Andhi Pramono Digeledah KPK di Bogor, Sekuriti: Ada Koper yang Dibawa

Kompas.com melihat lebih dekat, eksterior rumah itu tampak bersih meski ditutupi banyak pohon.

Pagar rumah dari kayu dan besi itu pun tampak bebas dari kotoran sehingga sedap dipandang mata. Terlihat di depan garasi rumah, terdapat dua unit mobil dan satu motor matic sedang terparkir.

Rumah tersebut memiliki halaman yang cukup luas atau lebarnya dua kali lipat dari rumah-rumah lain.

Penampakan Rumah Mewah Milik Kepala Bea Cukai Makassar Andhi Pramono di perumahan Legenda Wisata, kawasan Cibubur, Desa Nagrak, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.KOMPAS.COM/AFDHALUL IKHSAN Penampakan Rumah Mewah Milik Kepala Bea Cukai Makassar Andhi Pramono di perumahan Legenda Wisata, kawasan Cibubur, Desa Nagrak, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Halamannya pun ditumbuhi aneka tanaman tropis seperti pohon kamboja dan tanaman semak.

Kompas.com kemudian memotret dari seberang rumah itu, di sana tampak jelas rumah mewah ini terdiri dari dua lantai.

Sentuhan ornamen serba putih dan pilar-pilar kokoh semakin menambah kebesaran dari rumah Kelapa Bea Cukai Andhi Pramono.

Baca juga: Akhir Pelarian Tukul, Pembacok Siswa SMK di Bogor Ditangkap di Bantul, Pelaku Buron 2 Bulan

Apalagi, ketika kita melihat ke atas akan tampak pula atap kubah khas Eropa. 

Seorang warga sekitar kagum dan takjub melihat kemegahan rumah tersebut.

Ika (22) mengatakan kepada Kompas.com, belakangan ini penghuni rumah itu jarang sekali terlihat. Tak ada aktivitas, kosong, hanya ada pembantu dan sekuriti pribadi.

"Paling pembantu yang sering saya lihat nyapu di depan rumah itu. Nah, jadi sebelum kasusnya viral (pamer kekayaan) itu ya banyak mobil keluar masuk. Sekarang mah sudah sepi," ujar dia sembari membereskan dagangannya. 

Tak lama dari situ, Kompas.com beranjak ke sisi kiri rumah mewah tersebut.

Di samping rumah itu terlihat ada gapura dengan gaya arsitektur Bali, yang tertutup oleh pohon yang sudah rimbun.

Saking rimbunnya, ranting dan dedaunan menjuntai ke bawah sehingga gapura itu tak akan terlihat dari jauh.

Kemudian di depan gapura terlihat taman yang lengkap dengan lampu serta kursinya. Halaman luas di rumah itu pun seolah memberikan nuansa Bali.

Kompas.com kemudian meminta izin ke sekuriti pribadi rumah milik Andhi Pramono. Sekuriti yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan, dirinya tidak begitu kenal dekat dengan Andhi Pramono. 

Ia mengaku bahwa dirinya hanya bekerja saja menjaga dan mengurus rumah tersebut.

"Setahu saya rumah ini bukan rumah dia (Andhi Pramono) tapi ini milik mertuanya. Sekarang mereka tinggal di Batam. Lagi gak ada di sini. Jadi cuman sekuriti aja di sini," singkat sekuriti berbadan tegap dan gempal itu.

Sementara itu, Kepala Sekuriti Perumahan Legenda Wisata, Klaster Washington Barat, Marjen mengatakan, di kawasan itu penghuninya jarang ada dan kerap berpindah-pindah menempati rumah lain alias mengontrak.

"Kalau nanya rumah blok D1907 itu biasanya ada yang jaga, ya sekuriti pribadinya. Setahu saya rumah orangtuanya. Kalau sering dihuninya saya enggak tau, yang saya tau dia (Andhi Pramono) ini dinas di Sulawesi. Nah, kemarin-kemarin sih ada dia, kan Lebaran," ujarnya ketika ditanya aktivitas rumah mewah tersebut.

"Pokoknya semenjak ada masalah dulu itu, lampunya mati, gelap terus. Ada mobilnya kecil di situ. Cuman kan kita gak tau ada orang apa enggak di situ," imbuhnya.

Marjen menjelaskan, perumahan Legenda Wisata ini diisi rumah-rumah elite dengan luas bervariasi. Rumah paling mewah berada di Klaster Washington atau di jalan utama bagian Blok D.

Ia menyebut, posisi rumah mahal dan murah versi orang-orang kaya ini dilihat dari ukuran serta keberadaan bangunan.

Oleh karena itu, interaksi penghuni di perumahan ini pun akhirnya terbatas, tidak seperti di kampung-kampung.

"Kalau ini Klaster Washington ini tipenya lebih gede dan model rumahnya juga beda, lebih mewah. Jumlah total rumah di sini pun sedikit sekitar 30an aja. Kan rumah di sini gede-gede. Nggak kayak di kampung, kalau di sini kan enggak, orang mah pindah-pindah aja," jelasnya.

Berita sebelumnya, rumah mewah bak istana milik Kepala Bea Cukai Makassar, Andhi Pramono digeledah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jumat (12/5/2023) siang.

Dari rumah tersebut, KPK membawa koper. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau