Saat ini pihaknya mengklaim telah membuat Feasibility Study (FS), yakni teknik analis yang digunakan untuk menilai kualitas dari faktor-faktor sebuah proyek dari kereta gantung tersebut.
Bahkan ia menyebut, telah ada 3 investor yang tertarik dengan proyek tersebut.
"Saya sudah bikin FS-nya sudah meminta kepada konsultan dan sudah hampir selesai. Setelah saya membuat mimpi yang tadi, sekarang ada 3 investor yang mau dari luar negeri dari China, dari Nasional ada, dan lokal juga ada," ungkapnya.
Meski begitu, pihaknya belum bisa menentukan berapa anggaran yang dibutuhkan untuk membuat moda transportasi kereta gantung. Baru minggu depan akan dibicarakan.
Dadang menambahkan, kereta gantung dirasa lebih cepat pembangunannya dan memiliki daya tarik bagi investor, dikarena Kereta Gantung identik dengan pariwisata.
"Lebih cepat dan ada wisatanya dan investasinya lebih cepat Break Event Point (BEP), saya liat contoh Nimo Highland dan Rengganis itu pertumbuhan ekonominya sangat cepat. Contoh Nimo Highland itu hanya 1,5 tahun sudah BEP," ujarnya.
Menurutnya, pembangunan kereta gantung tidak akan merusak lingkungan dan hutan, sebab hanya memasang tihang penyangga saja.
Dadang berharap mimpinya tersebut bisa terlaksana, tanpa meniadakan proses pengajuan pembangunan Jalan Tol.
"Saya optimis ini bisa terwujud cepat di bandingkan dengan pelebaran jalan dan jalan tol. Karena jalan tol ini memerlukan waktu dan pelebaran jalan memerlukan biaya yang sangat besar. Dan ini kan cuman bikin tihang2 dan tidak akan mengganggu hutan lindung dan sebagainya," ungkap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.