"Untuk bangku sama meja belajar bikin sendiri. Yang bikin semuanya ayah saya. Selebihnya ada sumbangan swadaya dari masyarakat untuk melengkapi sarana," tuturnya.
Abdul berani mengatakan, sekolah di bawah pengelolaannya itu belum pernah mendapatkan bantuan sepeserpun dari Pemkab Bandung Barat. Jangankan bangku dan meja belajar, ruang kelas pun tak punya.
"Harapannya ada dua ruang kelas baru biar siswa bisa belajar dengan tempat yang layak biar bisa fokus belajar di sini," harapnya.
Muhammad Hibban Mutakin (11) bocah kelas 5 SD itu mengaku memilih sekolah di SD tersebut lantaran lokasinya dekat dari rumahnya.
"Saya sekarang kelas 5. Milih sekolah di sini karena dekat dari rumah," ucap Mutakin saat ditemui di sela istirahat sekolah.
Namun kegiatan belajar di lokasi ruang kelas yang menghadap langsung ke ruas jalan kerap kali terganggu oleh bising lalulintas kendaraan. Tak jarang kendaraan trail melintas dengan bising knalpot 2 tak membuat jeda pembelajaran.
"Karena ruangnya terbuka jadi kedengaran motor yang mau ke kebun. Berisik sih tapi ya gimana lagi," kata Mutakin.
Mutakin adalah satu dari 20 siswa yang belajar di ruang kelas tak layak itu. Ia kerap kali iri dengan teman-temannya yang sekolah di SD Negeri dengan ruang kelas yang nyaman dan tidak berisik.
"Ingin punya ruang kelas seperti siswa lainnya biar gak berisik dan fokus saat belajar. Biar kalau hujan juga enggak kecipratan," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.