Air yang tidak masuk ke biofilter kemudian keluar dan langsung meresap ke tanah. Sementara kotoran endapannya disedot untuk selanjutnya diolah oleh jasa pihak ketiga.
Sementara limbah cair laboratorium masuk ke instalasi pengelolaan air limbah (IPAL). Teguh menjelaskan, kampus Unpad Jatinangor memiliki lima IPAL untuk menampung limbah laboratorium.
Buangan air dari lima IPAL tersebut kemudian masuk dan diolah ke IPAL terakhir di Ekoriparian Leuwi Padjadjaran sebelum akhir keluar ke danau arboretum.
“Pada intinya, tidak ada limbah yang keluar. Unpad hampir menerapkan closed system untuk pengelolaan limbah. Yang dibuang keluar hanya limbah B3 dan endapan kotoran limbah cair karena Unpad belum memiliki izin untuk mengolah limbah. Kita kerja sama dengan pihak ketiga yang tesertifikasi untuk mengangkutnya,” jelas Teguh.
Tantangan Meski lebih dari dua dekade proses pengelolaan limbah ini berjalan, Teguh merasa bahwa persoalan sampah harus terus diselesaikan.
Pendekatan penyelesaian ke sumber harus diperkuat. Beragam kebijakan mengurangi sampah sudah dilakukan.
Namun, Teguh mendorong kebijakan tersebut harus lebih diperkuat. Salah satu tantangannya adalah bagaimana mengajak kampus untuk lebih peduli terhadap kebersihan.
“Bagaimana mengajak masyarakat kampus untuk peduli saya akui ini proses yang sulit dilakukan. Oleh karena itu, kita berupaya perkuat sosialisasi pengolahan limbah ke berbagai program, salah satunya insersi ke program OKK mahasiswa baru,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.