Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makam Sunan Gunung Jati dan Tradisi Panjang Jimat Saat Maulid Nabi

Kompas.com - 11/09/2023, 19:19 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Makam Sunan Gunung Jati adalah salah satu tujuan wisata sejarah dan religi yang ada di Kabupaten Cirebon.

Hal ini karena Sunan Gunung Jati adalah salah satu Wali Songo yang menyebarkan ajaran Islam di Cirebon.

Baca juga: Makam Sunan Giri dan Mitos Buah Mengkudu

Sunan Gunung Jati juga sempat memimpin Kesultanan Cirebon usai diberikan takhta oleh Pangeran Cakrabuana dengan gelar Panetep Panatagama.

Sunan Gunung Jati yang memiliki nama asli Syarif Hidayatullah merupakan putera dari Raja Abdullah (Syarif Abdullah).

Ibunya bernama Rara Santang yang merupakan putri Prabu Siliwangi asal Pajajaran dengan gelar Syarifah Mudaim.

Baca juga: Desa Wisata Religi Astana di Cirebon, Lokasi Makam Sunan Gunung Jati

Semasa hidupnya, Sunan Gunung Jati Gunung Jati menuntut ilmu agama hingga ke Makkah dan berguru pada Syekh Tajudin Al-Qurthubi. Setelah kembali ke tanah air, beliau sempat berguru pada Syekh Maulana Ishak di Pasai, Aceh.

Perjalanannya berlanjut hingga ke Karawang, Kudus, sampai di Pesantren Ampeldenta, Surabaya dimana beliau sempat berguru pada Sunan Ampel.

Belau berdakwah di daerah Cirebon dan menjadi guru agama dan menggantikan Syekh Datuk Kahfi di Gunung Sembung.

Sunan Gunung Jati diperkirakan meninggal pada pertengahan abad ke-16 dan dimakamkan di puncak bukit yang berada di Cirebon.

Baca juga: Menelisik Keberadaan Makam Sunan Kuning di Semarang, Ditemukan dari Kisah Spiritual Nenek Moyang

Kompleks Makam Sunan Gunung Jati

Makam Sunan Gunung Jati berada di kompleks makam Astana Gunung Jati yang terletak di Desa Astana, Kecamatan Cirebon Utara, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Kompleks makam Astana Gunung Jati berjarak kurang lebih 5 kilometer dari pusat Kota Cirebon.

Untuk mencapai makamnya, peziarah harus mendaki jalan yang menanjak di Gunung Sembung.

Kompleks makam ini juga memiliki ciri khas dengan adanya sembilan pintu (lawang sanga).

Adapun batas bagi para pengunjung atau para peziarah hanya sampai pada pintu ketiga yakni di pintu Pasujudan.

Sedang pintu keempat dan hingga pintu kesembilan di bagian makam atau merupakan area yang hanya dikhususkan bagi keluarga Keraton Cirebon dan keturunan Sunan Gunung Jati.

Pintu yang dilewati rombongan keluarga Keraton Kanoman diantaranya pintu Ratna Komala, pintu Jinem, pintu Rararoga, pintu Kaca, pintu Bacem, dan pintu Teratai.

Kompleks makam Astana Gunung Jati memuat sekitar 500 makam, termasuk makam putri Ong Tien Nie, putri dari kerajaan Cina di era dinasti Ming, yang merupakan istri dari Sunan Gunung Jati.

Tidak heran apabila pada makam ini tampak memiliki ornamen-ornamen bernuansa Cina.

Tradisi di Makam Sunan Gunung Jati

Kompleks makam Astana Gunung Jat memang tidak pernah sepi dari peziarah yang datang untuk membaca yasin, tahlil, wirid, doa, shalawat, hingga berdiam diri.

Namun peziarah akan sangat ramai ketika beberapa tradisi tengah khas di kompleks makam ini tengah berlangsung.

Seperti saat tradisi Munggahan yang dihelat di tempat ini setiap menjelang bulan Ramadhan.

Munggahan atau berziarah ke makam Sunan Gunung Jati ini merupakan simbol penghormatan terhadap tokoh yang telah berjasa menyebarkan Agama Islam di wilayah Cirebon dan sekitarnya.

Ada pula tradisi Grebeg Syawal Makam Sunan Gunung Jati yang rutin dilaksanakan di hari kedelapan setelah Idul Fitri.

Tradisi itu merupakan ziarah kubur atau nyekar yang dilakukan keluarga besar dan kerabat Keraton Kanoman untuk mendoakan para leluhur

Dalam tradisi ini, keluarga dan kerabat Keraton Kanoman secara simbolis aka melakukan tradisi surak atau membagikan uang kepada masyarakat.

Sejumlah warga pun tampak berebut uang koin yang dibagikan oleh keluarga Keraton Kanoman tersebut.

Selain itu ada juga tradisi Panjang Jimat yang dilakukan pada peringatan Maulid Nabi.

Dalam tradisi tersebut, kata panjang ditafsirkan sebagai proses kelahiran kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Sementara kata Jimat adalah akronim dari kata diaji dan dirumat yang dipelajari dan diamalkan, merujuk pada ajaran-ajaran Islam dengan meneladani Nabi Muhammad SAW.

Sumber:
disparbud.jabarprov.go.id   
jadesta.kemenparekraf.go.id  
ppid.walisongo.ac.id  
nu.or.id  
cirebon.tribunnews.com  
depok.tribunnews.com  
jabar.tribunnews.com   
bandung.kompas.com  (Penulis : Kontributor Kompas TV Cirebon, Muhamad Syahri Romdhon, Editor : Reni Susanti)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com