Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DAS Cimandiri Jadi Penyebab Tumpukan Sampah di Pantai Loji-Cibutun Sukabumi

Kompas.com, 11 Oktober 2023, 18:43 WIB
Budiyanto ,
Reni Susanti

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com - Penyebab kembalinya sampah berserakan di Pantai Loji Desa Loji dan Pantai Cibutun Desa Sangrawayang, Kecamatan Simpenan, Sukabumi, Jawa Barat diduga kuat berasal dari Sungai Cimandiri.

"Sampah yang mengotori pantai di sini datangnya dari Sungai Cimandiri," ungkap Kepala Desa Sangrawayang Muhtar kepada Kompas.com saat ditemui di Kantor Desa Sangrawayang, Jalan Geopark Ciletuh, Selasa (10/10/2023).

Muhtar menjelaskan, wilayah pantainya berdekatan dengan muara Sungai Cimandiri yang jaraknya hanya sekitar 3 kilometer.

Baca juga: Sampah di Pantai Cibutun Loji Tak Berhenti Berdatangan meski Sudah 4 Hari Dibersihkan

Diketahui Sungai Cimandiri merupakan daerah aliran sungai (DAS).

Sebagai DAS, Cimandiri memiliki banyak anak sungai yang bermuara ke Sungai Cimandiri. Di antaranya Sungai Cicatih dan Sungai Citarik. 

"Makanya setiap saat sampah akan terus mengotori pantai, karena terbawa arus sungai. Apalagi bila musim hujan," jelas Muhtar.

"Pantainya dibersihkan pagi hingga siang, nanti sore atau malam juga kotor lagi. Apalagi kalau laut pasang, pantai pasti kotor dengan sampah," sambung Muhtar.

Baca juga: Pandawara: Pantai Cibutun Loji Terkotor Ke-4 Itu Urutan Kunjungan, Bukan Peringkat

Menurutnya, sampah yang mengotori Pantai Cibutun dan Pantai Loji mulai meningkat pada 2004 setelah dibangunnya pemecah ombak oleh Perusahaan Listrik Tenaga Uap (PLTU) di sekitar muara Sungai Cimandiri.

Sebelum ada pemecah ombak atau sebelum berdirinya PLTU, sampah-sampah kiriman dari Sungai Cimandiri itu menyebar kemana-mana.

Termasuk ke Pantai Cipatuguran, Palabuhanratu, Citepus, hingga Pantai Cimaja, Pantai Cibangban Cisolok.

"Kalau sekarang yang kebagian sampah kiriman dari Sungai Cimandiri hanya Pantai Loji dan Pantai Cibutun saja," ujar dia.

Tokoh Masyarakat Desa Sangrawayang Eman Sulaeman yang kerap disapa Abah Sula, membenarkan bila sampah yang mengotori Pantai Cibutun di antaranya kiriman dari Sungai Cimandiri. 

"Dari dulu sampah juga ada tapi paling potongan-potongan kayu. Kalau sekarang mah ada plastik, botol-botol hingga kain," kata Abah Sula kepada Kompas.com di Pantai Cibutun, Selasa (10/10/2023).

Kepala Desa Loji Papang Suherlan menuturkan sampah-sampah yang kembali mengotori Pantai Loji berasal dari buangan sampah rumah tangga. 

"Pantai Loji ini membentang dari muara Sungai Cimandiri hingga berbatasan dengan Pantai Cibutun di Desa Sangrawayang," tutur Papang saat memantau di Pantai Loji kepada Kompas.com Selasa (10/10/2023).

Anak Sungai Cimandiri

Kepala Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Sumber Daya Air (UPT PSDA) Sukabumi Wilayah Sungai Cisadea-Cibareno, Andria Hendraningrat menjelaskan, Sungai Cimandiri merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) terbesar di wilayah Sukabumi.

"Sungai Cimandiri merupakan sungai induk yang sudah mulai terjadi adanya pembuangan limbah-limbah dari pabrik dan masyarakat," jelas Andria saat berbincang dengan Kompas.com di Kantornya di Jalan Bhayangkara, Kamis (21/9/2023)

"Pencemarannya jangan sampai terus meningkat, harus kita cegah. Jangan sampai nantinya seperti Sungai Citarum, harus ada program yang akhirnya mahal," sambung dia.

Andria mengatakan, DAS Cimandiri meliputi banyak anak sungai yang bermuara ke Sungai Cimandiri. Seperti Sungai Cicatih, Sungai Citarik, Sungai Cipelang dan banyak anak sungai lainnya yang tersebar di wilayah Sukabumi.

"Di Sungai Cimandiri juga sudah terjadi pendangkalan yang perlu normalisasi. Lalu hasil normalisasi harus dipertimbangkan pembuangannya," ucap Andria.

Diberitakan sebelumnya, tumpukan sampah kembali berserakan mengotori Pantai Loji dan Pantai Cibutun di Desa Loji dan Desa Sangrawayang, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (10/10/2023).

Padahal pada 4-7 Oktober lalu telah digelar pembersihan sampah sepanjang pesisir pantai yang dilaksanakan dalam rangka memperingati HUT ke-78 Tentara Nasional Indonesia (TNI). 

Sebelumnya Pandawara Group, kelompok anak muda yang peduli dengan lingkungan sempat menyebut Pantai Cibutun sebagai pantai nomor empat terkotor di Indonesia.

Namun akhirnya Pandawara Group mengklarifikasi terkait sebutan Pantai Cibutun sebagai pantai terkotor nomor 4 di Indonesia.

Menurut kelompok pemuda peduli lingkungan ini, sebutan itu bukan sebuah penobatan untuk pantai yang ada di Indonesia.

Melainkan urutan pantai yang dikunjungi Pandawara dengan kondisi sampah yang menumpuk.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau