Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jatuh Bangun Perajin Bata Merah di Cianjur, Digempur Hebel hingga Cuaca Ekstrem

Kompas.com - 30/10/2023, 06:39 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Reni Susanti

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com - Lupa kapan persisnya Cicah (42) mulai menjadi perajin bata merah. Namun seingatnya, pekerjaan ini sudah dia geluti puluhan tahun silam.

Cicah merupakan satu dari ratusan perajin bata merah di Desa Cibadak, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, yang masih bertahan hingga saat ini.

Kendati begitu, beberapa tahun terakhir, jumlah perajin bata merah di desa ini terus berkurang. Saat ini, perajin yang tersisa didominasi kalangan paruh baya hingga lanjut usia.

Baca juga: Pembunuh Ibu Muda di Cianjur Gantung Jenazah di Depan Anak Korban

"Kalau dulu masih banyak, tapi sekarang yang muda-muda pada gak mau, pada milih ke pabrik. Jadi, tidak ada yang meneruskan, yang kerja paling yang ini-ini aja," kata Cicah saat ditemui di lokasi pembuatan bata merah, Kampung Pangangonan, Desa Cibadak, Minggu (29/10/2023).

Selain itu, berkurangnya minat warga menjadi perajin sejurus permintaan pasar yang terus menurun.

Baca juga: Pendakian Gunung Gede Pangrango Kembali Dibuka, Pengelola: Jadilah Pendaki Cerdas

Menurutnya, masyarakat kini lebih memilih bata ringan atau hebel sebagai pengganti bahan bangunan.

"Dulu kalau bikin, bikin aja, nanti juga bakal ada yang ngambil. Tapi sekarang bisa produksi itu kalau ada pesanan, seperti sekarang ini," ujar dia.

Cicah memilih bertahan sebagai perajin karena faktor kebutuhan.

Dalam sehari, dia sanggup membuat 500 bata merah. Untuk satu bata yang dicetaknya dengan alat manual itu, Cicah diupah Rp 40.

"Dijalani saja, mau bagaimana lagi, daripada tidak dapat uang sama sekali," katanya.

Namun, saat ini dia tak bisa lagi berpenghasilan setiap hari karena permintaan berkurang ditambah kondisi cuaca selama tiga bulan terakhir yang tidak berpihak pada perajin.

“Ini baru produksi lagi, kalau selama kemarau nyaris tidak ada aktivitas, karena kekeringan, air tidak ada sama sekali,” ucap Cicah sembari tangannya tak lepas dari adukan tanah liat.

Terdampak cuaca ekstrem

Seorang perajin bata merah sedang mengangkut bata merah ke dalam lio untk dilakukan pembakaran. Bencana kekeringan dan kehadiran bata ringan atau hebel berdampak besar terhadap keberlangsungan senra industri di Cianjur, Jawa Barat ini.KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN Seorang perajin bata merah sedang mengangkut bata merah ke dalam lio untk dilakukan pembakaran. Bencana kekeringan dan kehadiran bata ringan atau hebel berdampak besar terhadap keberlangsungan senra industri di Cianjur, Jawa Barat ini.

Kemarau panjang yang melanda desa ini sangat dirasakan dampaknya oleh perajin bata merah, terlebih bagi Endin (55), perajin yang bertugas membuat adukan tanah liat.

“Kalau tidak ada air, ya tidak bisa produksi. Ini juga nyelang (pakai selang) dari gunung, ada lah seribu meteran mah,” kata dia.

Endin menuturkan, jenis tanah di sini sangat bagus sebagai bahan baku, sehingga tidak mengherankan jika kampungnya menjadi salah satu sentra pembuatan bata merah.

"Di sini juga jadi sentra produksi gerabah dan tungku. Tanahnya katanya sangat bagus untuk bahan baku. Tapi, ya sekarang kondisinya seperti ini,” ucap Endin.

Setali tiga uang, Ajang (57) menuturkan, kehadiran bata hebel sedikit banyak memengaruhi kegiatan usahanya.

Kendati begitu, dia bersyukur masih ada pesanan, meskipun tidak sebanyak seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Bata merah dari ini biasanya untuk dipasok ke sekitaran Cianjur, juga ke luar kota, seperti Plara, Sukabuni, Banten, Bogor dan Purwakarta," kata dia.

Hari ini, Ajang sedang mempersiapkan pembakaran 20.000 bata merah untuk memenuhi pesanan dan sebagian untuk stok.

Diperlukan waktu sehari semalam untuk proses pembakaran bata merah yang dikerjakan di sebuah ruangan berukuran 4 x 5 meter berdinding bata yang disebut Lio ini.

"Kalau kemarau ini memang susah air. Makanya banyak perajin yang tidak produksi. Saya juga ini baru jalan lagi, itu pun airnya narik dari atas (bukit)," ujar warga Kampung Cibadak ini.

Diterpa perkembangan zaman

Seorang perajin sedang mencetak bata merah dengan cetakan manual di sentra industri bata merah, Desa CIbadak, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Bara. Bencana kekeringan dan kehadiran bata ringan atau hebel berdampak besar terhadap keberlangsungan produksi bata merah di Cianjur ini.KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN Seorang perajin sedang mencetak bata merah dengan cetakan manual di sentra industri bata merah, Desa CIbadak, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Bara. Bencana kekeringan dan kehadiran bata ringan atau hebel berdampak besar terhadap keberlangsungan produksi bata merah di Cianjur ini.

Kepala Desa Cibadak, Elan Hermawan menyebutkan, saat ini jumlah perajin bata merah yang masih aktif ada 150 orang.

Jumlah ini jauh merosot dibanding sepuluh tahun silam. Selain itu, omzet perajin juga ikut turun.

“Memang kehadiran hebel cukup berdampak besar, ya, meskipun peminat atau pesanan bata merah tetap ada,” kata Elan kepada Kompas.com, Minggu (29/10/2023).

Karena itu, selaku orang nomor satu di desa ini, Elan bertekad untuk mempertahankan sentra industri yang telah diwariskan secara turun temurun ini.

“Insyaallah, optimis, pangsa pasar bata merah tetap ada. Tinggal bagaimana para perajin menghadapi perubahan zaman ini. Harus mampu berinovasi, dan tentunya akan senantiasa kita kawal,” tutur Elan.

Sejurus musim kemarau segera berakhir, Elan berharap, produksi bata merah kembali menggeliat setelah sempat “mati suri” diterpa bencana kekeringan selama tiga bulan terakhir.

Elan meyakini, permintaan bata merah akan senantiasa ada, dan lio-lio tidak akan pernah berhenti mengeluarkan asap sisa pembakarannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com