BANDUNG, KOMPAS.com - Ketua Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani membenarkan, para pekerja migran indonesia (PMI) rentan terpapar paham radikal.
Benny mengatakan, potensi kian terasa pada pekerja migran yang berada di negara-negara berkembang, yang memudahkan akses informasi melalui internet.
"Karena potensinya juga tidak kecil. Kita harus waspadai," kata dia saat ditemui di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada Senin (20/11/2023).
Benny mengungkapkan, kelompok penyebar radikalisme, menyasar buruh migran yang bekerja di luar negeri, lantaran mereka kerap dilanda masalah kesepian.
Baca juga: Jelang Pemilu 2024, BNPT Sebut Fanatik Partai Bisa Dimasuki Radikalisme
Hal itu, terbukti dalam beberapa kasus. Para PMI, kata Benny, merasa memiliki sahabat untuk bisa diajak berbicara banyak hal, tanpa mengetahui bahwa dia sedang didoktrin atau dicuci otaknya.
"Mereka bekerja niatnya untuk masa depan, tapi setelah di luar negeri, mereka kesepian tidak punya keluarga. Kemudian kelompok-kelompok radikal menginfiltrasi kemudian mencuci otak mereka," ujar Benny.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.