CIANJUR, KOMPAS.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, kurun setahun terakhir di Cianjur, Jawa Barat, telah terjadi gempa susulan sebanyak 579 kali.
Gempa terakhir terjadi Sabtu (18/11/2023) pukul 06.34.28 WIB bermagnitudo 5.1.
Dikemukakan Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu dengan jumlah gempa susulan sebanyak itu mengindikasikan kondisi geologi di daerah Cianjur memiliki tingkat heterogenitas yang cukup tinggi.
“Sehingga wilayah Cianjur ini masih menuju ke kondisi kesetimbangannya,” kata Ayyu kepada Kompas.com melalui pesan tertulis, Selasa (21/11/2023).
Baca juga: Merawat Ingatan, Kisah Penyintas Gempa Cianjur Luput dari Maut
Sebelumnya, gempa ini disebut-sebut disebabkan aktivitas sesar Cimandiri.
Namun, pihak BMKG mengungkapkan, gempa dipicu aktivitas patahan baru yang dinamakan sesar Cugenang.
Sesar Cugenang merupakan patahan aktif yang baru teridentifikasi.
Dalam menyikapi keberadaan sesar Cugenang ini, menurut Ayyu, diperlukan pengetahuan tentang cara penyelamatan dan kesiapsiagaan terhadap gempa bumi.
“Diperlukan untuk mengikuti arahan dari instansi terkait terhadap bahaya gempa bumi akibat sesar Cugenang ini yang sudah dipetakan,” sebut Ayyu.
“Daerah mana-mana saja yang dilarang ditinggali, dilarang untuk membangun bangunan bertingkat, dan daerah mana yang aman untuk ditinggali,” sambungnya.
Baca juga: Setahun Gempa Cianjur, Nasib Para Penyintas yang Masih Hidup di Tenda
Selanjutnya, masyarakat diharapkan bisa menerima dan memulai untuk bersahabat dengan bencana gempa.
“Bersahabat dengan gempa dalam konteks ini yakni, kita belajar cara penyelamatan diri bila terjadi gempa, cara membangun bangunan yang tahan gempa, dan senantiasa mengikuti arahan dari instansi terkait,” ujar Ayyu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.