Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti ITB Sebut AI Bisa Jadi Ilmu Palsu, Masyarakat Diminta Waspada

Kompas.com - 29/11/2023, 11:14 WIB
Reni Susanti

Editor

BANDUNG, KOMPAS.com - Kecerdasan buatan (Artificial Intellegence/AI) di Indonesia berpotensi menjadi ilmu palsu (pseudoscience) yang bisa sangat merugikan masyarakat. Untuk itu, semua pihak perlu bersama mengaturnya sejak dini.

Hal itu disampaikan Dr Dimitri Mahayana, Dosen Sekolah Teknik Elektro Informatika (STEI) ITB, dalam bedah buku karyanya, Filsafat Sains: Dari Newton, Eisntein, Hingga Sains Data, di Auditorium IPTEK CC Timur ITB.

Menurut dia, situasi itu terjadi karena ada dua kesalahan mindset terhadap AI. Pertama, ada jargon “let the data explain itself”.

Baca juga: Belajar dari Perang Ukraina-Rusia, ITB Sebut Indonesia Harus Mandiri Alutsista

Pengetahuan baru diyakini dapat dijelaskan langsung dari lautan data itu sendiri, sehingga manusia tidak memerlukan kerangka teori ilmiah untuk mengkonstruksi dan memperoleh data.

"Paradigma let the data explain itself ini menciptakan model berbasis data yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan tidak dapat dijelaskan, sehingga melanggar prinsip dasar tata kelola AI," ujar Dimitri dalam rilis yang diterima Kompas.com, Rabu (29/11/2023).

"Pendekatan berbasis data di berbagai industri seperti credit scoring untuk perbankan misalnya, terkadang berdampak fatal bahkan membuat korporasi bangkrut," tutur dia.

Baca juga: Kronologi Pembunuhan Mahasiswi ITB Inhu, 2 Minggu Hilang Ditemukan Tinggal Kerangka

Pola pikir ini berpotensi membuat pendekatan berbasis data menghasilkan ketidakadilan. Contoh sederhananya, berdasarkan model machine learning misalnya. Seseorang diduga atau diprediksi menjadi koruptor padahal ini hanya prediksi faktual yang semu (false positive).

Paradigma kedua adalah radikalisme data. Di era big data sekarang, manusia tidak perlu lagi menjawab pertanyaan kenapa.

Manusia hanya perlu memaksimalkan perolehan data dan mengungkap manfaat langsung yang bisa dijelaskan dan diperoleh dengan melihat hubungan antar data, baik hubungan statistik sederhana atapun hubungan yang diperoleh melalui teknik pembelajaran mesin statistik.

"Dilatari fondasi demikian, pseudosains bisa terjadi karena ada proposisi, temuan, atau sistem penjelasan yang disajikan sebagai sains namun tidak memiliki ketelitian penting dalam metode ilmiah. Ini terjadi karena AI memang merupakan hasil penelitian, tapi didasarkan premis yang salah, desain eksperimen yang cacat, atau data yang buruk," sambung Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision ini.

Dimitri mencontohkan kasus trading digital berbasis AI pada peristiwa Indra Kenz, Doni Salmanan, dan Reza Paten.

Reza sudah menjadi tersangka dengan 150 rekening dari 25 bank miliknya Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan/PPATK dengan perputaran uang di seluruh rekening lebih dari Rp 1 triliun!

Reza dikenal sebagai pedagang mata uang asing dan menggeluti dunia trading sejak 2019.

Laki-laki berusia 38 tahun itu lulusan Teknik Informatika, dia terjun di dunia trading berbarengan berdirinya Net89 yang merupakan platform buatan PT Simbiotik Multitalenta Indonesia dengan selalu menawarkan trading berbasis AI.

"Saya pribadi pernah melakukan riset bersama di STEI ITB berjudul Deep Reinforcement Learning to Automate Cryptocurrency Trading pada Juni 2022, kesimpulannya penggunaan algoritma optimasi kebijakan proksimal dalam pasar Bitcoin tidak terbukti menghasilkan keuntungan," katanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban yang Tewas di Kosan Cirebon Sedang Menunggu Panggilan Kerja dari Luar Negeri

Korban yang Tewas di Kosan Cirebon Sedang Menunggu Panggilan Kerja dari Luar Negeri

Bandung
Karacak Valley di Garut: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Karacak Valley di Garut: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Bandung
Gadis 21 Tahun Ditemukan Tewas Dalam Kamar Indekos di Cirebon, Terdapat Luka di Kepala

Gadis 21 Tahun Ditemukan Tewas Dalam Kamar Indekos di Cirebon, Terdapat Luka di Kepala

Bandung
Airin hingga Dimyati Berebut Restu Anak Jokowi di Pilkada Banten

Airin hingga Dimyati Berebut Restu Anak Jokowi di Pilkada Banten

Bandung
Viral, Unggahan Aksi Pembegalan Tukang Pijit di Cicalengka, Polisi Tegaskan Murni Kecelakaan

Viral, Unggahan Aksi Pembegalan Tukang Pijit di Cicalengka, Polisi Tegaskan Murni Kecelakaan

Bandung
Pantai Tanjung Pakis di Karawang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Pantai Tanjung Pakis di Karawang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Bandung
Libur Kenaikan Yesus Kristus, Penumpang PT KAI Daop 3 Cirebon Naik 70 Persen

Libur Kenaikan Yesus Kristus, Penumpang PT KAI Daop 3 Cirebon Naik 70 Persen

Bandung
Pendam Dendam Setahun, 2 Pemuda Bunuh Seorang Kakek Saat Tidur

Pendam Dendam Setahun, 2 Pemuda Bunuh Seorang Kakek Saat Tidur

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Bandung
Suami Pelaku Mutilasi Istri di Ciamis Sempat Tanyakan Keadaan Korban, Kini Diperiksa di RSJ Cisarua

Suami Pelaku Mutilasi Istri di Ciamis Sempat Tanyakan Keadaan Korban, Kini Diperiksa di RSJ Cisarua

Bandung
Kronologi Terungkapnya Identitas Jasad Mengambang di Cirebon

Kronologi Terungkapnya Identitas Jasad Mengambang di Cirebon

Bandung
 Video Viral Begal Bersenjata Beraksi Siang Bolong di Cimahi

Video Viral Begal Bersenjata Beraksi Siang Bolong di Cimahi

Bandung
Tarsum Dikirim ke RSJ Cisarua Bandung, Sempat Tanya Istrinya di Mana

Tarsum Dikirim ke RSJ Cisarua Bandung, Sempat Tanya Istrinya di Mana

Bandung
Indah Meninggal Tak Wajar, Keluarga Terpukul: Jangan Dibunuh Keponakanku

Indah Meninggal Tak Wajar, Keluarga Terpukul: Jangan Dibunuh Keponakanku

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com