"Jadi, memang saat ini operasional masih dilakukan oleh tenaga profesional ya. Jadi batch pertama ini ada 40 siswa ini yang masih di tahap praktik di ruang simulator. Nantinya setelah praktik, baru job training, setelahnya baru sertifikasi dan baru dioperasikan oleh Indonesia. Saat ini masih full oleh tenaga profesional," ujarnya.
"Jadi, memang bertahap. Dipastikan bahwa sudah memahami. Di sini pun sebagai siswa ada ujian-ujiannya, ada testingnya, dan nantinya sertifikasi oleh regulator baru dinyatakan bisa membawa Kereta Cepat, harapannya dalam satu tahun atau dua tahun ke depan," ujarnya.
Ada beberapa hal yang ditekankan dalam pelatihan itu, di antaranya sisi teknologi dan penanggulangan situasi darurat.
Hal tersebut penting diketahui lantaran KCIC menerapkan sistem keamanan yang ketat.
"Di sini kan safety-nya kita menerapkan tinggi ya. Bagaimana tadi diceritakan kelebihan 2 km per jam saja ada alarm. Kelebihan 5 km per jam saja keretanya akan mengalami pengurangan kecepatan dan kelebihan 10 km per jam akan berhenti total. Jadi, memang teknologinya yang berbeda," katanya.
Para calon masinis kereta cepat tengah mengikuti pelatihan menggunakan mesin simulator di Stasiun Tegalluar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada Rabu (17/1/2024) dari 72 peserta, 40 orang masinis di latih di Tegalluar sedangkan 32 masinis lain di latih di Madiun Jawa Timur"Kemudian tadi diceritakan bagaimana memahami, melihat sinyal ya. Sebelumnya, melihat sinyal yang tertanam di luar sekarang di dashboardnya. Jadi memang masinis ini terus kami ajarkan, kami latih sebaik mungkin supaya nantinya siap. Jadi memang ujiannya terus dilakukan supaya mereka berkompeten," kata Emir melanjutkan.
Ke depan, tidak hanya pelatihan masinis, tapi ada pula pelatihan tenaga perawatan Kereta Cepat.
Hal Ini karena sampai saat ini, perawatan Kereta Cepat berasal dari tenaga asing.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang