BANDUNG, KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo melakukan rangkaian kampanye akbar Pilpres 2024 di lapangan Tegalega, Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (21/1/2024).
Pada kampanye akbar di Kota Bandung yang bertajuk 'Hajatan Rakyat' ini, mantan Gubernur Jawa Tengah itu didampingi istrinya, Atikoh Ganjar dan anaknya, Alam Ganjar.
Selain itu, hadir juga Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri dan seluruh partai pendukung paslon nomor urut 3.
Baca juga: Ganjar Sekeluarga Nyanyi Rumah Kita di Bawah Guyuran Hujan
Kepada para pendukungnya, Ganjar mengaku menyayangi warga Jabar dan juga Kota Bandung. Dia juga menyinggung Kota Bandung memiliki peran besar dalam perjalanan sejarah Presiden Soekarno.
"Jawa Barat dan Kota Bandung punya sejarah yang luar biasa pada bangsa ini. Ketika Bung Karno berada di Jabar dan Bandung, Bung Karno punya inspirasi dari orang Jabar yaitu Marhaen," katanya.
Baca juga: Ketum PPP: Ganjar-Mahfud Tidak Ada Beban Masa Lalu, Bisa Fokus Memikirkan Masa Depan Indonesia
Menurutnya, sosok Marhaen merupakan gambaran petani saat ini yang mengalami kesulitan memperoleh pupuk dan hasil pertaniannya di hargai murah akibat dari kebijakan pemerintah.
"Dia (marhaen) orang kecil yang butuh pembelaan dari keputusan politik besar. Dia persis seperti petani kondisi saat ini yang berteriak kepada saya Ganjar - Mahfud dan tim. Pak Ganjar pupuknya susah, hasil panen kami dibayar murah," ucap Ganjar.
Selama berkeliling Tanah Air memperkenalkan visi dan misinya, Ganjar mengaku sering dicurhati oleh para petani terkait persoalan kelangkaan pupuk.
"Saya keliling ke banyak tempat dengarkan jeritan petani dan dengarkan apa yang diharapkan anak muda. Banyak anak muda yang ingin terjun ke dunia pertanian," tambahnya.
Selain itu, dia juga menyebutkan bahwa nanti malam cawapresnya yakni Mahfud MD akan menjalani debat Pemilu 2024.
Pada debat malam nanti, pasangannya itu akan berbicara bagaimana pangan ini harus dikendalikan oleh negara agar seluruh rakyat Indonesia bisa mendapatkan pangan yang layak dan murah.
"Pangan ini tidak boleh jadi bahan liberal yang diperdagangkan. Negara yang harus tanggung jawab," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.