Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Munggahan Jelang Ramadhan Khas Masyarakat Sunda Jawa Barat

Kompas.com - 15/03/2024, 03:26 WIB
Faqih Rohman Syafei,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

 

Sejarah tradisi munggahan

Munggahan adalah tradisi masyarakat Islam suku Sunda menyambut datangnya bulan Ramadhan atau sebelum ibadah puasa selama 30 hari.

Kata munggahan berasal dari bahasa Sunda 'munggah' atau 'unggah' yang bermakna naik atau meningkatkan.

"Dalam konteks Ramadhan yakni usaha kita meningkatkan ke alam kesucian karena selama sebulan penuh akan melaksanakan ibadah shaum atau puasa," ujar Budayawan Sunda, Taufik Faturohman dikantornya di Jalan Setiabudi, Kota Bandung, Kamis (13/3/2024).

Tradisi yang sudah berlangsung selama beberapa generasi ini, dahulu tidak hanya soal makan bersama seperti saat ini. Tetapi ada beragam kegiatan di dalamnya.

Baca juga: Hangatnya Tradisi Tunggu Batale di Maluku Tengah Jelang Buka Puasa

Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Sunda zaman dulu dalam tradisi munggahan ini mulai dari mandi di sungai, mengirimkan makanan ke orang tua, meminta maaf kepada orang tua, hingga ziarah kubur yang dilakukan sehari sebelum berpuasa Ramadhan.

"Tradisi munggah itu untuk membersihkan diri, mensucikan diri agar kita bisa melaksanakan ibadah di bulan suci," kata Taufik.

"Ditandai dengan mandi bersama di sungai, cuma sekarang berubah jadi makan bersama ada persegeran makna dan kebiasaan," tambahnya.

Menurut Taufik, adanya pergeseran dan perubahan kebiasaan dalam tradisi ini terjadi seiring dengan kemajuan zaman dari analog ke modern, yang ditandai kecanggihan teknologi komunikasi.

Misalnya, saja tradisi saling maaf-memaafkan yang kekinian dilakukan dengan mengiriminkan pesan singkat melalui aplikasi pada perangkat gawainya.

Baca juga: Ramaikan Tradisi Petang Belimau, Pj Walkot Pekanbaru: Momen Sambut Ramadhan

Namun demikian, dia memaklumi hal tersebut sebagai sebuah bentuk adaptasi dari sesuatu tradisi untuk bisa bertahan di era modern saat ini.

"Budaya dan bahasa itu dinamis tidak statis. Artinya mengikuti apa yang ada di sekitar kita, mulai dari perubahan ekonomi, teknologi dan lain sebagainya," terang Taufik.

Akan tetapi, Taufik menilai walaupun tradisi munggahan sudah mengalami perubahan yang cukup signifikan. Tetapi makna filosofis yang terkandung didalamnya tidak pernah berubah sepanjang waktu.

"Kesakralan masih terjaga tapi tergantung niat kita, apakah untuk mensucikan diri atau hanya sekedar berhura-hura sambil makan. Itu berpulang ke diri masing-masing," katanya.

"Niatnya betul-betul mensucikan diri, bernawaitu mensucikan saya kira kesakralan tetap terjaga," tambah Taufik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Tewas Kecelakaan Bus Siswa SMK Depok di Ciater Subang Jadi 11 Orang

Korban Tewas Kecelakaan Bus Siswa SMK Depok di Ciater Subang Jadi 11 Orang

Bandung
6 Ambulans dari Bandung Barat Diterjunkan Bantu Evakuasi Kecelakaan Bus di Ciater Subang

6 Ambulans dari Bandung Barat Diterjunkan Bantu Evakuasi Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Bandung
Kecelakaan di Subang, Bus Rombongan SMK Depok Tabrak Sejumlah Kendaraan

Kecelakaan di Subang, Bus Rombongan SMK Depok Tabrak Sejumlah Kendaraan

Bandung
Kecelakaan Bus di Ciater, RSUD Subang: 9 Orang Tewas, 20 Luka

Kecelakaan Bus di Ciater, RSUD Subang: 9 Orang Tewas, 20 Luka

Bandung
Korban Tewas Kecelakaan Bus Siswa SMK Depok di Subang Bertambah Jadi 9 Orang

Korban Tewas Kecelakaan Bus Siswa SMK Depok di Subang Bertambah Jadi 9 Orang

Bandung
Bus Kecelakaan di Subang Dinaiki Siswa SMK Lingga Kencana Depok, 4 Orang Tewas

Bus Kecelakaan di Subang Dinaiki Siswa SMK Lingga Kencana Depok, 4 Orang Tewas

Bandung
Kecelakaan Maut di Ciater Subang, 4 Orang Tewas di TKP

Kecelakaan Maut di Ciater Subang, 4 Orang Tewas di TKP

Bandung
Bus Pariwisata Kecelakaan di Subang, Sejumlah Korban Tergeletak di Jalan

Bus Pariwisata Kecelakaan di Subang, Sejumlah Korban Tergeletak di Jalan

Bandung
Kisah Tragis Vina Cirebon dan Kebrutalan Geng Motor Rekayasa Kematian

Kisah Tragis Vina Cirebon dan Kebrutalan Geng Motor Rekayasa Kematian

Bandung
2 Pembunuh Wanita dalam Karung di Cirebon Ditangkap, Korban Sempat Diperkosa

2 Pembunuh Wanita dalam Karung di Cirebon Ditangkap, Korban Sempat Diperkosa

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Bandung
Partai Nasdem Tak Terima Pendaftaran Calon Walkot Bandung Selain Kader

Partai Nasdem Tak Terima Pendaftaran Calon Walkot Bandung Selain Kader

Bandung
Omzet Batik Chanting Khas Lebak Kembali Normal, Rp 250 Juta Per Bulan

Omzet Batik Chanting Khas Lebak Kembali Normal, Rp 250 Juta Per Bulan

Bandung
Pencurian Saat Syukuran di Bandung, Pelaku Beraksi Saat Pura-pura ke Toilet

Pencurian Saat Syukuran di Bandung, Pelaku Beraksi Saat Pura-pura ke Toilet

Bandung
Barusen Hills di Bandung: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Barusen Hills di Bandung: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com