Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pj Gubernur Jabar Instruksikan 4 Daerah Ini Gerak Cepat Atasi DBD

Kompas.com - 25/03/2024, 16:36 WIB
Faqih Rohman Syafei,
Reni Susanti

Tim Redaksi


BANDUNG, KOMPAS.com - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, menginstruksikan empat Pemda, yakni Kabupaten Subang, Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Bogor, bergerak cepat mengatasi wabah demam berdarah dengue (DBD).

Keempat daerah tersebut menjadi perhatian karena angka kasus DBD-nya paling banyak di Jabar.

Meski demikian, ia tetap meminta daerah lainnya tidak lengah menekan penyakit yang disebabkan virus dengue yang dibawa nyamuk Aedes aegypti ini.

Baca juga: DBD di Jabar Sentuh 11.000 Kasus, Cuaca dan Kebersihan Jadi Pemicunya

"Yang paling banyak (kasus DBD) tadi ada empat, Kabupaten Subang, Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan satu lagi Bogor Kota," ujar Bey usai rapat pimpinan di Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (25/3/2024).

Bey menyebutkan, berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Jabar hingga 25 Maret 2024, angka DBD di Jabar menyentuh 11.729 kasus dengan kematian mencapai 105 jiwa.

Langkah konkret yang bisa dilakukan saat ini yakni terjun langsung ke masyarakat dengan menggalakkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan juga 3M plus.

Baca juga: Ada 446 Penderita DBD di Brebes, 4 di Antaranya Meninggal di RS

"Saya minta seluruh kepala daerah, wali kota, dan bupati untuk turun ke lapangan bersama masyarakat melakukan gerakan PSN dan juga menyiapkan NS1, alat yang dapat mengetahui secara cepat apakah seseorang itu DBD atau tidak," tutur dia.

Bey mengatakan, yang terpenting saat ini adalah menekan angka kasus kematian akibat DBD. Mengingat, dalam tiga bulan pertama 2024, jumlahnya mencapai 105 jiwa.

"Jadi yang kita tekankan adalah bagaimana menekan kematian dan juga menekan kasus, tapi paling utama menekan kasus yang meninggal ini," ucapnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Jabar Vini Adiani Dewi mengatakan, ada beberapa faktor utama yang memengaruhi melonjaknya DBD di Jabar.

Pertama karena cuaca. Kedua disebabkan lingkungan akibat kebiasaan masyarakat yang tak menerapkan hidup bersih dan sehat.

"Pada saat pancaroba ini banyak air menggenang karena tidak langsung kering dan teralirkan, itu biasanya terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, sampai April," kata Vini.

Selain cuaca, Vini menyoroti kebiasaan masyarakat yang masih buang sampah sembarangan dan tidak membersihkan tempat-tempat penampungan air.

"Sanitasi lingkungan menjadi faktor penentu meningkatknya DBD. Misalnya saja tidak ada tempat memungkinan untuk berkembang biaknya nyamuk DBD, maka penularan DBD tidak akan terjadi," ungkap dia.

Dinkes Jabar pun tak henti-hentinya mengajak masyarakat untuk menerapkan gerakan 3M plus mulai dari menutup tempat tempat air, menguras atau membersihkan air satu minggu sekali, dan memanfaatkan benda-benda yang tidak terpakai.

"Plusnya itu memelihara ikan yang memakan jentik nyamuk di tempat penampungan air, menanam tanaman seperti lavender atau yang tidak sukai nyamuk, dan tidak menggantung pakaian," pungkas Vini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Bandung
Terimbas Banjir Rob, Pedagang Minta Pantai Karangsong Indramayu Dibenahi

Terimbas Banjir Rob, Pedagang Minta Pantai Karangsong Indramayu Dibenahi

Bandung
KPU Karawang Ancam Ambil Langkah Hukum Soal SK Palsu Penetapan Caleg

KPU Karawang Ancam Ambil Langkah Hukum Soal SK Palsu Penetapan Caleg

Bandung
Fakta di Balik Video Viral Bocah Gibran di Bogor Nangis Kelaparan

Fakta di Balik Video Viral Bocah Gibran di Bogor Nangis Kelaparan

Bandung
Ingin Ulangi Kemenangan 2008, PDI-P dan PKS Jajaki Koalisi untuk Pilkada Sumedang

Ingin Ulangi Kemenangan 2008, PDI-P dan PKS Jajaki Koalisi untuk Pilkada Sumedang

Bandung
Kisah Srikandi Tagana Lawan Stigma, Rela Tinggalkan Keluarga demi Tangani Bencana

Kisah Srikandi Tagana Lawan Stigma, Rela Tinggalkan Keluarga demi Tangani Bencana

Bandung
WNA Pembunuh Mertua di Kota Banjar Divonis 16 Tahun Penjara dan Bayar Restitusi 192 Juta

WNA Pembunuh Mertua di Kota Banjar Divonis 16 Tahun Penjara dan Bayar Restitusi 192 Juta

Bandung
Cirebon Festival 2024, Ajang bagi UMKM Cirebon untuk 'Naik Kelas'

Cirebon Festival 2024, Ajang bagi UMKM Cirebon untuk "Naik Kelas"

Bandung
Sederet Fakta Baru Kasus Mutilasi di Ciamis, Tersangka Depresi Diduga gara-gara Utang Rp 100 Juta

Sederet Fakta Baru Kasus Mutilasi di Ciamis, Tersangka Depresi Diduga gara-gara Utang Rp 100 Juta

Bandung
Kementan Targetkan Bantu 10.000 Pompa Air untuk Pertanian Jawa Barat

Kementan Targetkan Bantu 10.000 Pompa Air untuk Pertanian Jawa Barat

Bandung
Nenek 69 Tahun di Purwakarta Ditemukan Tewas di Ruang Tamu, Polisi: Ada Luka di Kepala

Nenek 69 Tahun di Purwakarta Ditemukan Tewas di Ruang Tamu, Polisi: Ada Luka di Kepala

Bandung
Meski Harga Pupuk Subsidi Naik, Mentan Jamin Jumlahnya Tak Akan Berkurang

Meski Harga Pupuk Subsidi Naik, Mentan Jamin Jumlahnya Tak Akan Berkurang

Bandung
Fortuner Mobil Dinas Polda Jabar Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudinya Diperiksa Propam

Fortuner Mobil Dinas Polda Jabar Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudinya Diperiksa Propam

Bandung
Mentan Bangun Klaster Pertanian di Kabupaten Bandung, Apa Istimewanya?

Mentan Bangun Klaster Pertanian di Kabupaten Bandung, Apa Istimewanya?

Bandung
Pelaku Nikah Sesama Jenis di Cianjur Diduga Alami Penyimpangan Gender

Pelaku Nikah Sesama Jenis di Cianjur Diduga Alami Penyimpangan Gender

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com