BANDUNG, KOMPAS.com -Teknologi penggunaan drone untuk peningkatan pertanian mulai dikenalkan kepada para petani di Desa Ciparay, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Pesawat nirawak itu nantinya bakal digunakan untuk menyemprotkan pupuk organik cair.
Pantauan di lapangan, drone itu memiliki ukuran lebih besar dari pada umumnya, lebarnya mencapai 1 meter, dengan empat buah baling-baling yang berada di setiap sisi.
Drone untuk penyemprotan pupuk tidak dilengkapi kamera, tapi dilengkapi wadah untuk menampung pupuk cair serta alat untuk menyemprotkan pupuk ke arah padi.
Baca juga: Asa Petani Karanganyar Menghadapi Kemarau Panjang
Para petani di Desa Ciparay tetap antusias mempelajari teknologi tersebut.
Ridwan Sanjaya salah seorang anggota kelompok Tani Sumber Harapan mengatakan, penyemprotan pupuk organik cair dengan drone sebetulnya mempermudah pekerjaan petani.
Apalagi, saat ini para petani kesulitan melanjutkan pekerjaanya, lantaran tak sedikit generasi muda yang enggan jadi petani.
"Kalau dibilang terobosan yang bagus, saya setuju, ada banyak alasan salah satunya itu, faktanya anak muda sekarang sudah enggak mau jadi petani. Entah gengsi atau apalah. Padahal, kalau jadi petani juga sebetulnya menguntungkan," katanya saat ditemui di Ciparay, Kabupaten Bandung, Jumat (21/6/2024).
Penggunaan drone untuk menyemprotkan pupuk cair mulai dikenal kepada para petani di Desa Ciparay, Kabupaten Bandung, Jawa Barat okeh PT Petrokimia Gresik, Jumat (21/6/2024) nantinya drone tersebut akan mulai diprioritaskan di wilayah Jawa Barat, bahkan ditingkat NasionalSelain itu, kata dia, penyemprotan pupuk menggunakan drone juga memangkas biaya buruh tani.
"Mungkin kalau ada yang masih minat jadi petani kan biasa dibayar untuk ngasih pupuk, tapi kalau ada drone itu sebetulnya mempernudah, mengurangi cost atau biaya untuk buruh tani, karena tadi, kita para petani kesulitan mencari petani baru," ujarnya.
Baca juga: Musim Tanam Tembakau di Sumenep, Petani Bibit Raup Untung Jutaan Rupiah
Meski terbilang mempermudah, Ridwan menyebut harga dari drone tersebut masih sangat mahal, jauh dari pendapatan petani.
"Kalau drone, katanya mah harganya Rp 150 juta. Kalau beli mah susah, atuh mahal," kata Ridwan.
Jika harus membeli drone, Ridwan mengatakan para petani akan banyak pertimbangan. Kecuali jika tersedia tempat sewa drone penyemprot pupuk cair.
Sejauh ini, kelompok tani di Kabupaten Bandung belum ada yang memiliki alat tersebut. Sedangkan Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, masih belum memiliki skema penyewaannya.
Ridwan menambahkan, teknologi yang menunjang proses pertanian di Kabupaten Bandung baru sampai mesin panen. Itu pun, para kelompok tani mesti menyewa.
"Tapi kalau beli mahal, berat harganya. Paling yang sekarang sudah ada itu teknologi mesin panen, itu mah sudah ada yang sewain, itu juga mempermudah tapi kalau beli harganya Rp 500 juta lebih," kata dia.
"Kalau di Desa Ciparay itu petani belum ada yang punya mesin panen, paling di Bojongsoang, jadi mesin panen itu kita sewa," lanjut dia.