BANDUNG, KOMPAS.com - Sekretaris Daerah Jawa Barat Herman Suryatman akan mengecek langsung Sungai Citarum usai disebutkan mengandang paracetamol dan amoxcilin.
"Besok saya akan check and recheck untuk memastikan seandainya ada kandungan paracetamol," ujar Herman di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (9/7/2024).
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menenemukan adanya kontaminasi bahan aktif obat di daerah aliran Sungai Citarum.
Baca juga: Penelitian BRIN Ungkap Sungai Citarum Tercemar Paracetamol dan Amoxcillin
Temuan itu berdasarkan hasil dari penelitian Kelompok Riset Ekotoksikologi Perairan Darat, Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air.
Herman mengatakan, baru mengetahui informasi tersebut dari pemberitaan media massa.
Meski demikian, untuk mencegah adanya dampak kerusakan akibat kontaminasi kandungan bahan obat tersebut, pihaknya akan melakukan penelusuran hingga ke sumbernya.
Baca juga: Bey Minta Perusahaan di DAS Citarum Turun Tangan Tanggulangi Sampah
Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan berbagai fasilitas layanan kesehatan yang ada di dekat DAS Citarum untuk memastikan mereka mengolah limbah medis dengan baik.
"Dari mana sumbernya, kami akan peluruhan ke Puskesmas atau rumah sakit kami akan cek ricek. Kalau benar (ada) kami akan ingatkan secepatnya jangan buang obat sembarangan," tambahnya.
Lebih lanjut, Herman akan berkomunikasi dengan BRIN terkait hasil penelitian tersebut. Dengan harapan, lembaga penelitian bisa mengungkapkan asal muasal sumber kontaminasi ini.
"Kita juga akan konfirmasi juga hasil riset BRIN ini. Kami harus memastikan air Sungai Citarum bukan hanya aliran induknya yang harus bersih tapi termasuk dengan jaringannya harus rendah polusi," beber dia.
Di sisi lain, Pemerintah Provinsi Jabar tengah menggenjot peningkatan indeks kualitas air Sungai Citarum hingga ke angka 60 pada Desember 2025.
Karena itu, agar target tercapai, pengawasan Sungai Citarum terus ditingkatkan. Sehingga realisasi program Citarum Harum bisa terwujud.
"Citarum ini saat ini 50 lebih indeks kualitas airnya. Target pak gubernur sesuai dengan harapan pak presiden tahun 2025 bisa 60, kami sedang berikhtiar. Kami harus memastikan kondisi air Sungai Citarum rendah polusi, idealnya tidak ada," pungkasnya.
Sebelumnya, Peneliti Kelompok Riset Ekotoksikologi Perairan Darat, Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN Rosetyati Retno Utami menekankan, kontaminasi di perairan dapat membahayakan organisme akuatik dan juga kesehatan manusia.
Dalam penelitian tersebut, ditemukan penggunaan paracetamol mencapai 460 ton per tahun dan amoxcillin mencapai 336 ton per tahun yang kemungkinan berasal dari berbagai aktivitas manusia.
Selain itu, kegiatan peternakan yang sering menggunakan obat-obatan dan hormon untuk meningkatkan hasil ternak, merupakan salah satu sumber utama.
Kemudian juga penggunaan obat-obatan rumah tangga, aktivitas industri, serta sistem pengelolaan limbah obat di rumah sakit yang kurang optimal juga turut menyumbang kontaminasi tersebut.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang