“Saat masih mahasiswa, saya kerap melihat keadilan bagi masyarakat kecil itu sulit sekali didapat, makanya saya mau turun,” ucapnya.
Karnaen lantas mendirikan LA-HAM Cianjur, yakni lembaga advokasi hukum dan hak azasi manusia yang kerap mengadvokasi kaum tani, buruh, pedagang kaki lima, ibu rumah tangga, dan masyarakat lapisan bawah lainnya yang tersangkut persoalan hukum.
Saking gigihnya, dia pernah diperiksa pihak berwajib karena dituding sebagai provokator ketika mengadvokasi buruh tani Cianjur selatan terkait kasus sengketa lahan beberapa tahun silam.
Baca juga: Cerita Nurul Putuskan Bela Nenek Penjual Kopi yang Diadili karena Dituduh Mencuri Piring
Saat ini pun, Karnaen sedang mengadvokasi warga yang tengah bersengketa dengan pihak pengembang. Harapannya, kasus tersebut tidak sampai ke meja hijau, namun bisa diselesaikan secara musyawarah mufakat.
"Alhamdulilah LA-HAM masih eksis hingga sekarang, dan lembaga itu juga yang saya pakai untuk kegiatan pro bono di samping associate," ujarnya.
Telah berkiprah selama 25 tahun, Karnaen mengaku senang dan bangga bisa menjadi bagian dari officium nobile atau profesi mulia ini. Terlebih, ketika masyarakat yang dibantunya mendapatkan keadilan yang semestinya, maka disitulah letak kebahagian dia sebagai seorang advokat.
Karena itu, terlepas dari realitas penegakan hukum yang menurutnya masih terkesan tebang pilih, Karnaen tetap optimistis bahwa rasa keadilan akan senantiasa ada.
“Kalau keadilan sudah tidak ada, saya jadi advokat sudah berhenti. Walaupun itu (keadilan) tentunya perlu kita tempuh,” ucap Karnaen.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang