BANDUNG, KOMPAS.com - Mario Gultom, pemilik Sunyi Coffee Jakarta, adalah pengusaha yang memberdayakan penyandang disabilitas untuk berkontribusi di bisnisnya, sekaligus melatih mereka agar bisa mandiri.
Saat ini, di coffee shop miliknya terdapat 32 penyandang disabilitas. Terdiri atas tuna rungu, tuna netra, dan tuna daksa yang bekerja sebagai barista, pelayan, hingga staf.
Adapun alasan dia mengajak penyandang disabilitas bekerja sama membangun bisnis di bidang coffee shop adalah sebagai bentuk tanggung jawab sosial kepada sesama.
Baca juga: Dorong UMKM Naik Kelas, Kementerian Investasi dan Hilirisasi Ajak Pengusaha Miliki NIB
"Bukan karena rasa kasihan, lebih kepada tanggung jawab kita sebagai masyarakat bisa saling membantu," ujar dia dalam kegiatan Kelas Pemberdayaan UMKM 2024 di Hotel Amaroossa, Kota Bandung, Kamis (31/10/2024).
Mario menyebut, sampai sekarang, masyarakat masih memandang sebelah mata para penyandang disabilitas.
Bahkan, tak sedikit yang menilai kelompok ini hanya menjadi beban.
Baca juga: Kemenkeu dan Pemprov Jabar Gandeng Ratusan UMKM Sambut Hari Oeang RI Ke-78
Atas penilaian masyarakat itulah, dia bermaksud untuk memupus pandangan terhadap penyandang disabilitas yang tidak bisa berkarya atau bekerja.
Meski diakuinya, untuk melatih penyandang disabilitas tidaklah mudah; perlu kesabaran dan ketekunan.
Saat awal melatih, Mario harus belajar bahasa isyarat hingga huruf braille agar bisa mengerti kondisi mereka.
Tetapi, buah dari kesabaran itu, Mario menyebut, banyak penyandang disabilitas yang bekerja sama dengan dirinya mampu bekerja dengan baik sampai menorehkan prestasi.
"Kalau kita mampu melatih, mereka bisa bekerja dengan baik di luar ekspektasi kita, termasuk di atas kemampuan saya. Bahkan, beberapa barista menjuarai beberapa lomba," ucap dia.
Mario berprinsip, menjadi seorang pengusaha bukan hanya tentang bagaimana cara menghasilkan keuntungan yang besar, tetapi juga harus bisa bermanfaat bagi sesama dan lingkungan sekitarnya.
Salah satu cara asyik yang dipilih olehnya adalah dengan segelas kopi.
Apalagi saat ini, tren 'ngopi' sedang digandrungi masyarakat Indonesia.
Dengan cara itulah, diharapkan masyarakat memiliki penilaian lain terhadap kelompok penyandang disabilitas yang selama ini terpinggirkan.