Editor
KOMPAS.com - Gubernur terpilih Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mendapat hinaan dan hujatan pasca-aksinya yang menutup tambang ilegal di Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Dalam aksi demontrasi yang menuntut tambang ilegal kembali dibuka, di Gedung DPRD Subang, Dedi disebut penjahat hingga pengkhianat oleh pedemo.
"Banyak orang yang bertanya apakah saya akan melakukan tuntutan, melaporkan orang yang telah menghina saya di depan umum," kata Dedi pada unggahan di akun TikTok Kang Dedi Mulyadi dan telah dikonfirmasi ulang oleh Kompas.com, Selasa (28/1/2025).
Baca juga: Negara dan Masyarakat Dirugikan, Dedi Mulyadi Bentuk Tim Berantas Tambang Ilegal
Dedi menjelaskan, secara pribadi, ia sudah terbiasa terhadap caci maki, hinaan, dan ancaman. Bahkan, upaya-upaya pembunuhan pernah dialaminya.
"Yang akan saya tuntut adalah sebagai representasi dari rakyat Jawa Barat yang hari ini ingin mengajarkan pada warga Jabar tentang visi kecerdasan," kata dia.
Dedi meminta tokoh tersebut menyadari bahwa tindakan demonstrasi yang meminta tambang ilegal kembali dibuka dengan mengesampingkan aspek kerusakan lingkungan dan infrastruktur itu adalah perbuatan melawan logika publik dan melawan undang-undang.
Tindakan itu, menurut Dedi, mengajarkan kebodohan kepada masyarakat Jabar. Selain itu, kata Dedi, aksi itu tidak mencerminkan representasi sebagai tokoh yang belajar mengerti dan memahami lingkungan.
"Apalagi (pedemo) memiliki latar belakang pernah memimpin sebuah parpol," tegas dia.
Dedi berharap semoga seluruh rakyat Jabar menyadari bahwa untuk membangun dan melangkah ke arah lebih baik, pasti banyak tantangannya. Kata dia, pasti banyak orang yang merasa terganggu kehidupannya.
Baca juga: Dedi Mulyadi Sindir Pendemo yang Tak Makan 18 Hari karena Tambang Ilegal Ditutup: Keren...
"Ingat, tanah Jabar bukan milik perorangan, tapi milik kita semua. Ingat, pembangunan bukan untuk kita hari ini, tapi untuk anak cucu kita ke depan," tegas Dedi.
Dia tidak mau ambil pusing terhadap caci maki yang ditujukan kepadanya saat ini.
"Silakan caci maki saya sesuka hati. Tapi saya ingin melihat bahwa sekian puluh tahun ke depan rakyat Jabar merasakan apa yang saya lakukan (sekarang)," jelasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang