Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lubang "Hiasi" Jalur Pantura Perbatasan Jabar-Jateng dan Aspal Jembatan Terkelupas

Kompas.com, 13 Februari 2025, 09:44 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Farid Assifa

Tim Redaksi

CIREBON, KOMPAS.com - Sebagian jalur Utama Pantura Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, yang berbatasan dengan Jawa Tengah, berlubang.

Lubang yang cukup lebar dan dalam sangat mengganggu warga sekitar, terutama pemudik yang bulan depan akan melintas.

Tak hanya lubang, di titik lain, aspal bergelombang hingga membentuk garis di tengah jalan berpotensi membuat ban motor yang digunakan tergelincir.

Lubang hingga besi pelat jembatan juga banyak ditemukan.

Kompas.com memantau kondisi jalan di sepanjang jalur Pantura dari perbatasan Kota Cirebon melintasi Kecamatan Mundu, Astanajapura, Pangenan, Gebang, Losari, hingga perbatasan Brebes, Jawa Tengah, pada Kamis (13/2/2025) pagi.

Baca juga: Waspada, Jalan Pantura Karawang Banyak Berlubang

Beberapa titik terdapat aspal yang mengelupas hingga membentuk lubang.

Salah satunya adalah kondisi di bawah jembatan layang sekitar Pasar Ikan, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon.

Jalan berbahan dasar cor-coran berlubang.

Tampak sejumlah tambalan aspal di atasnya, namun tetap terkelupas.

Bahkan, di tengah lubang ini terdapat batu koral yang cukup besar dan diletakkan untuk menutupi lubang.

Namun, kondisi ini membuat pengendara sepeda motor mudah tergelincir.

Kondisi ini diperparah dengan curah hujan tinggi yang membuat lubang tergenangi air sehingga warga tidak dapat melihat.

Terlebih di malam hari yang minim penerangan, hingga banyak warga yang tergelincir dan jatuh.

Suad dan Tasim, pengendara becak motor yang setiap hari membawa penumpang hilir mudik di lokasi tersebut, mengeluh.

Mereka kerap menyaksikan langsung musibah yang terjadi di lokasi.

Kondisi ini sangat membahayakan warga sekitar.

"Yang lubang di situ, di sana, yang sering kejadian di sini motor, kadang malam tidak kelihatan, bruk, guling. Ada 20 sentimeter itu, mas, mobil juga kalau ngebut kadang gebog. Jelas mengkhawatirkan semua," kata Suad saat ditemui Kompas.com di bawah jembatan layang, Kamis (13/2/2025) pagi.

Tak hanya berlubang, kondisi jalur Pantura juga ditemukan aspal bergelombang.

Beberapa di antara mereka berada di bagian pinggir karena tertekan muatan truk besar hingga tidak rata dan mulus.

Ada juga aspal bergelombang yang membentuk dua garis panjang di tengah jalan.

Jurnalis Kompas.com melintasi langsung di atas jalan ini sepanjang beberapa meter.

Laju kendaraan roda dua dirasa sangat membahayakan.

Ban motor kurang dapat dikendalikan karena kerap tergelincir dan mudah menyebabkan jatuh.

Kondisi ini sangat membahayakan di malam hari, terlebih jalur utama digunakan untuk pemudik yang akan melintas jalur Pantura dari arah Jakarta menuju Jawa, bulan depan.

Beberapa jembatan di sekitar Cirebon bagian timur yang berbatasan dengan Jateng ini juga terkelupas hingga pelat besinya tampak terlihat.

Warga sangat berharap kondisi kerusakan Pantura ini segera diperbaiki agar tidak menimbulkan korban jiwa.

Seperti diberitakan sebelumnya, belakangan ini ramai beredar video seorang pengendara sepeda motor terjatuh di Jalan Pantura, Jawa Tengah, karena kondisi jalan yang banyak lubang.

Melansir akun Instagram @semaranginfo.id, kejadian kecelakaan tersebut berlokasi di Jalan Pantura Subah, Batang, Jawa Tengah.

"Diduga tak paham medan jalan, pengendara motor ngebut menghantam lubang jalan yang tertutup air hujan. Beruntung pengendara selamat, banyak warga dan pengendara lain yang peduli,” tulis akun tersebut.

Baca juga: Jalan Pantura Rusak Parah, Anggaran Pemeliharaan Jangan Dipangkas!

Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan pengendara perlu waspada terhadap bahaya lubang jalan.

Selain dapat merusak komponen mobil, halangan tersebut kerap memicu terjadinya kecelakaan.

“Cara meningkatkan waspada terhadap lubang jalan paling tepat adalah dengan mengurangi kecepatan. Menghindar dari lubang di jalan raya boleh, tapi tidak disarankan karena menjadi kebiasaan yang tidak aman,” ucap Sony kepada Kompas.com, belum lama ini.

Sony mengatakan, lubang di jalan bisa terlihat bila pengendara menjaga jarak aman dan kecepatan, sementara dalam kecepatan tinggi, lubang tersebut tidak akan terlihat.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau