TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Sebanyak 100 bangunan dan 14 kolam ikan terdampak bencana pergerakan tanah di Desa Cikondang, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Dari jumlah itu, penghuni 42 rumah warga yang rusak berat telah diungsikan dan dievakuasi akibat pergerakan tanah yang terus meluas sampai Selasa, 25 Februari 2025.
Sesuai data Pemerintah Desa Cikondang sampai Minggu (23/2/2025), total bangunan terdampak 100 unit terdiri dari 42 rumah rusak berat, 54 rumah terancam, 2 masjid, dan 2 madrasah.
Kepala Desa Cikondang, Eros Rosita, mengatakan, para pengungsi ditempatkan di beberapa rumah keluarganya yang jauh dari wilayah terdampak bencana.
Baca juga: Pergerakan Tanah di Tasikmalaya Meluas, 44 Rumah Terdampak, Retak-retak
Pos darurat pun telah didirikan oleh tim gabungan BPBD, Polisi, TNI, dan para relawan bencana untuk bersiaga penuh di lokasi bencana.
"Evakuasi ke luar zona bencana di rumah keluarga para warga terdampak," kata Rosita lewat pesan singkat, Selasa (25/2/2025).
Pergerakan tanah yang terus meluas, lanjut Rosita, menyebabkan retakan semakin meluas di jalan antar-kabupaten.
Kemudian, sebuah tower di desa tetangga mengalami kemiringan akibat pergerakan tanah yang terus terjadi setiap harinya.
"Retakan merambah ke desa tetangga yakni Desa Cijulang (Cineam-Tasikmalaya)," tambah dia.
Sebelumnya, bencana pergerakan tanah di Desa Cikondang, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, semakin meluas akibat cuaca buruk yang selalu diguyur hujan sepekan terakhir.
Beberapa masyarakat memilih mengungsi karena khawatir retakan rumah semakin besar dan membahayakan para penghuninya.
Sementara itu, Kepala Bidang Penanggulangan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Abdul Azis, masih menunggu tim ahli Geologi Bandung untuk memeriksa kondisi alam di lokasi bencana.
Baca juga: Pergerakan Tanah di Tasikmalaya Meluas, 44 Rumah Terdampak, Retak-retak
Namun, petugas BPBD, TNI-Polri, dibantu relawan, sampai sekarang terus bersiaga dan memantau lokasi bencana dalam mencegah hal yang tak diinginkan mengingat hujan terus mengguyur setiap harinya.
"Masih, masih menunggu tim kajian. Kita terus bersiaga dan memantau lokasi tersebut kondisinya. Masyarakat diimbau tenang dan jangan cemas," kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang