BANDUNG, KOMPAS.com - Ribuan rumah di Kampung Bojongasih, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, kembali direndam luapan Sungai Citarum, Rabu (26/2/2025).
Sungai Citarum kembali meluap akibat hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Bandung Raya sejak Selasa siang.
Selain mengganggu aktivitas, beberapa warga terpaksa menggunakan perahu sebagai alat transportasi sementara.
Baca juga: Ruas Jalan Menuju Kabupaten Bandung Banjir, Ketinggian hingga 80 Cm
Diketahui di Kampung Bojongasih, titik tertinggi air mencapai 80 sentimeter.
Rina Susilawati (49), warga RT 02 RW 04, mengatakan jika banjir datang, warga kerap direpotkan dalam banyak hal.
Mulai dari kegiatan sekolah anak yang terlambat, warga yang mau bekerja terlambat, hingga kehabisan stok makanan.
"Kalau hujan memang alam, tetapi banjir ini kan merepotkan, itu susah banget nyari sembako," katanya, ditemui di lokasi.
Upaya mencari sembako, kata dia, bisa terbantu apabila ada dukungan alat transportasi perahu.
Namun, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, warga Kampung Bojongasih sudah jarang yang memiliki perahu.
"Kalau banjirnya dalem kaya gini kadang ada perahu, kadang enggak ada. Jadi, intinya kami juga kesulitan air bersih, sembako, mati listrik," tambahnya.
Dia mengaku sudah tak asing dengan banjir kiriman tersebut.
Baca juga: Dayeuhkolot Bandung Kembali Banjir Senin Malam, Rendam Belasan Kampung
Pasalnya, sejak pertama tinggal di Kampung Bojongasih pada 2005, kondisi Dayeuhkolot sudah jadi langganan banjir.
Dulu, kata dia, banjir bisa sampai 2 meter lebih. Untuk surut, bisa memakan waktu sampai satu pekan.
Kondisi semakin memburuk ketika listrik dipadamkan, otomatis warga semakin kesulitan beraktivitas.
"Cuma kalau sekarang paling surutnya tiga sampai empat hari ada, tetapi kan sama saja tiga hari juga sulit rasanya," katanya.
Sekdes Dayeuhkolot Sunardi saat diwawancarai soal banjir yang merendam Kampung Bojongasih, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, akibat luapan vsungai Citarum, Rabu (26/2/2025)Rina menjelaskan, banjir di Kampung Bojongasih layaknya "galon isi ulang".
Pasalnya, tiap kali hujan di wilayah Kota Bandung, secara otomatis wilayah Bojongasih menjadi terdampak.
Bahkan, tak jarang banjir datang dengan membawa sampah serta bau yang tak sedap.
"Jadi repot kan, kalau rumah sudah diberesin, terus air masuk lagi, terus kami angkut-angkut lagi. Jadi, mau gak mau airnya harus dikeluarin kan, soalnya suka bau, apalagi kalau ada lumpur. Akhirnya cape, kerja terhambat, anak-anak sekolah jadi banyak liburnya," ujar dia.
Melihat kondisi hari ini, cuaca di Kabupaten Bandung masih mendung, dirinya khawatir hujan kembali turun dan volume air kembali bertambah.
Selain mengganggu aktivitas warga, anak sekolah, dan pekerja, banjir juga membahayakan warga yang sudah lanjut usia (lansia).
"Apalagi di rumah ada orangtua yang sudah sepuh. Mau dibawa ngungsi, beliau enggak mau. Kalaupun stay di rumah, kita anaknya yang bolak-balik buat beraktivitas, ngerayap, melawan genangan air. Jadi, kalau hujan lagi, kami khawatir air naik lagi. Pokoknya kalau hujan dari kota dan dari selatan sana, sudah kami yang kena di Dayeuhkolot sama Baleendah," tutur dia.
Rodiah (44), warga lainnya, mengatakan hujan turun sejak siang hari dan air mulai naik ketika sore. Saat malam hari, volume air terus bertambah.
"Jadi maghrib itu di jalan raya sudah macet banget. Nah di rumah saya, air sudah naik banjir," kata Rodiah.
Rodiah mengungkapkan, beruntung bagi warga yang memiliki bangunan rumah tinggi.
Namun, warga yang hanya memiliki lantai satu, secara otomatis banjir bisa masuk ke dalam rumah.
Baca juga: Hujan Deras di Bandung Berakibat Banjir dan Pohon Tumbang di Beberapa Titik
"Rumah saya di dalam dekat Sungai Citarum yang ada jembatan Bojongasih. Rumah yang tinggi air masuknya sedikit, karena lokasinya ditinggikan. Cuma tetangga saya sampai satu paha orang dewasa. Kalau di jalannya ada-lah sepinggang orang dewasa," kata dia.
Warga berharap Pemerintah Kabupaten Bandung bisa segera memberikan langkah konkret untuk mengantisipasi banjir di Kecamatan Dayeuhkolot.
"Kalau banjir itu jadi boros. Mudah-mudahan pemerintah bisa mengambil solusi yang baik. Terutama saluran-saluran air dan rumah pompa difungsikan dengan baik. Jangan sampai terus mengendap kaya gini. Nanti setelah ini pasti yang sakit suka banyak," ucap dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang