Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembongkaran Hibisc Fantasy, Warga Cekcok dengan Karyawan, Rebut Ekskavator Lagi dan Hancurkan Paksa Bangunan

Kompas.com, 7 Maret 2025, 23:00 WIB
Afdhalul Ikhsan,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

"Warga sudah sangat geram sehingga tidak bisa lagi menunggu petugas melakukan pembongkaran hanya di titik tertentu, harus semuanya. Waktu PKL dibongkar, aparat cepat, sedangkan ini karena perusahaan besar, terkesan lama, berbelit-belit. Jadi, kami minta ini segera dibongkar semua," katanya.

Penjelasan Satpol PP

Sementara itu, Kasatpol PP Provinsi Jabar Muhammad Ade Afriandi menjelaskan bahwa petugas perlu proses untuk melakukan penertiban bangunan atau pembongkaran terhadap wisata Hibisc.

"Jadi, hari ini kami melakukan dulu pembersihan, penataan sisa material pembongkaran paksa pertama yang dilakukan kemarin oleh warga, nah baru setelah itu kami mau bongkar," ucap Ade kepada Kompas.com, Jumat.

Namun, sampai dengan sholat Jumat tadi, situasi memanas sehingga kondisinya tidak memungkinkan untuk dilanjutkan penataan.

"Kemudian berjalan setelah shalat Jumat, sekitar jam 2 tiba-tiba ada kelompok masyarakat merangsek masuk menjebol pintu gerbang dan memaksa pekerja untuk membongkar bangunan dengan alasan tidak kepuasan," ujarnya.

Baca juga: Hibisc Fantasy Puncak Dibongkar: Arahan Dedi, Bantahan Jaswita, hingga Amarah Warga...

Menurut Ade, warga melakukan pemaksaan kepada operator (ekskavator) untuk menghancurkan semua bangunan wisata Hibisc tersebut.

Dia menyebutkan, terdapat 39 bangunan wisata Hibisc ini yang disegel, 14 di antaranya harus melalui proses cabut izin, sedangkan 25 bangunan lainnya masuk kategori dibongkar. 

Dengan begitu, ada beberapa bangunan yang punya dokumen atau izin sehingga harus melalui prosedur. Namun, massa tetap memaksa untuk dilakukan pembongkaran.

"Tentu kami menyampaikan jangan sembarang, ada bangunan yang memiliki izin, artinya harus melalui proses," ujarnya.

Petugas sempat menghentikan alat berat supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun, ada satu yang lolos dan akhirnya dipakai untuk menghancurkan bangunan wisata.

"Kami sampaikan bahwa di kawasan ini ada yang masuk ke dalam perizinan dan ada yang belum. Nah berbicara pembongkaran, tentu kami tidak bisa semua bongkar hari ini selesai karena kontruksinya beda-beda dan posisi tidak masuk izin itu tidak satu hamparan," ucapnya.

"Artinya tersebar dan akses masuknya juga kan tidak sama lebar dan belokannya. Nah itu tentu kami sampaikan pemahaman bahwa kami melakukan penertiban dan pembongkaran tidak bisa cepat selesai," tuturnya.

"Apalagi masyarakat memaksa masuk dan memaksa menunjukkan bangunan yang ingin mereka bongkar. Nah, itu tentu mengganggu proses penertiban ini," tuturnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau