Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Temukan 4 Perusahaan Edarkan Minyakita Tak Sesuai Takaran

Kompas.com, 14 Maret 2025, 18:00 WIB
Bagus Puji Panuntun,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Polisi menemukan empat perusahaan yang mengedarkan Minyakita tak sesuai takaran di pasar-pasar di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.

Temuan itu didapat dari hasil inspeksi dadakan yang dilaksanakan jajaran Satreskrim Polres Cimahi di Pasar Tagog Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, Jumat (14/3/2025).

Kasatreskrim Polres Cimahi, AKP Dimas Charis Suryo Nugroho, mengatakan sidak yang dilakukan gabungan bersama Pemkab dan DPRD Bandung Barat ini menemukan masih adanya Minyakita tak sesuai takaran yang diproduksi oleh empat perusahaan yang beredar di pasaran.

"Hasilnya ada empat produsen Minyakita dan keempatnya tidak sesuai dengan ukuran yang tertera pada packaging," ujar Dimas di Pasar Tagog Padalarang, Jumat (14/3/2025).

Baca juga: Polisi Bongkar Pabrik Minyakita Ilegal, Temukan 4.800 Bungkus Siap Edar di Bogor

Produk Minyakita itu dikemas dalam botol dengan keterangan 1 liter.

Namun, ketika ditimbang ulang, isi minyak tidak sesuai dengan yang ditulis dalam keterangan.

Sebaran Minyakita tak sesuai takaran yang beredar di pasar Bandung Barat ini bersumber dari empat perusahaan:

PT Lestari Jaya Indonesia Maju dengan isi hanya 960 mililiter, PT Gulent Jaya Abadi berisi 935 mililiter, PT Artha Eka Global Asia berisi 810 mililiter, dan PT Borneo Mitra Bersama Sejati yang hanya berisi 710 mililiter.

"Dari 1 liter kemasan saat dicek secara manual, itu hanya ada di 700 hingga 800 mililiter. Tindak lanjutnya seperti apa, kami nanti akan uji lab dan metrologi supaya dikeluarkan ukuran secara resmi dari lab," katanya.

Baca juga: Polisi Bongkar Gudang Minyakita Palsu di Bogor, Minyak Curah Dikemas Ulang

Selain volume minyak yang tidak sesuai, harga Minyakita juga terbilang mahal.

Para penjual di pasar terpaksa harus menjual dengan harga di atas harga eceran tertinggi (HET), yakni sampai Rp 18.000 per liter.

Para pedagang beralasan, mereka terpaksa menjual mahal lantaran harga dari distributor sudah jauh di atas HET.

"HET-nya Rp 15.700. Lalu kemudian dijual di atas HET, itu nanti akan diselidiki di mana dugaan tindak pidananya. Penyelidikan akan dilakukan bersama dengan Pemkab Bandung Barat, insya Allah ini akan ada titik terang," kata Dimas.

Dimas menegaskan, para pedagang di pasar hanyalah korban yang tidak bisa disalahkan.

Menurutnya, mereka hanya menjual produk yang sudah siap jual tanpa mengetahui proses pembuatannya.

"Bagi pedagang, jelas akan kami lindungi. Dalam hal ini, pedagang kecil akan kami lindungi dan sampel pun kami beli dari pedagang," katanya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Bandung
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Bandung
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Bandung
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Bandung
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
Bandung
4 Gadis Pengeroyok Remaja Putri di Tasikmalaya: Putus Sekolah, Tinggal di Kos
4 Gadis Pengeroyok Remaja Putri di Tasikmalaya: Putus Sekolah, Tinggal di Kos
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau