KARAWANG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi sempat marah kepada mantan pegawai Hibisc Fantasy Puncak yang menagih kompensasi kepadanya pada Kamis (27/3/2025).
Mantan pegawai itu menagih janji Dedi tentang uang kompensasi setelah tempat kerjanya dibongkar Pemerintah Provinsi Jawa Barat karena berada di daerah resapan air.
"Apa yang saya lakukan sampai mata saya melotot bukan untuk diri saya, yang mendapat berkah, hikmah dari rimbunnya pohon di Puncak adalah masyarakat Puncak, Bogor, dan masyarakat yang ada di daerah aliran sungai yang lahir dari aliran Sungai Cisarua," kata Dedi melalui unggahan di akun medsosnya dan dikonfirmasi ulang Kompas.com, Sabtu (29/3/2025).
Baca juga: Dedi Mulyadi Minta Maaf Usai Marahi Eks Pegawai Hibisc: Saya Sayang Kalian
Kepada anak muda, mantan pegawai Hibisc yang menemuinya, Dedi menjelaskan bahwa ada program penanaman pohon bagi mereka.
Hal ini dilakukannya karena sebanyak 80 mantan pegawai Hibisc sudah menanam pohon di bekas bangunan yang dibongkar.
"Agar tidak sisirikan (iri), saya minta semuanya menanam pohon, walau hanya lima pohon yang penting nanam," kata dia.
Baca juga: Mengapa Dedi Mulyadi Begitu Marah ke Sejumlah Eks Pegawai Hibisc?
Mantan Hibisc yang berjumlah 80 orang itu, menurut Dedi, sudah mendapat honor dari pekerjaannya menanam pohon.
Sedangkan mantan pegawai yang menemuinya dan belum dapat kompensasi ada 42 orang.
"Dari 42 orang tersebut, setelah saya sedikit marah, akhirnya mereka bersedia nanam pohon. Satu orang nanam lima pohon, enggak banyak," ujarnya.
Namun, lanjut Dedi, dari 42 orang itu belum semuanya bersedia menanam pohon. Baru ada 31 orang yang bersedia nanam pohon.
"Hari ini (yang 31 orang) sudah menyampaikan data rekeningnya ke teman-teman saya di pemprov. Saya pun secara pribadi akan memberi supporting kepada mereka yang mau nanam pohon," kata Dedi.
Rencananya, hari ini pemprov akan mentransfer honor kepada 31 orang tersebut.
Dedi berharap, honor tersebut bisa dipakai untuk Lebaran walaupun sederhana.
"Mudah-mudahan yang 11 nanti mau nanam pohon ya," ujar Dedi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang