Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Cirebon Kaget, Kritik Dedi Mulyadi Ubah Nama Gedung Jadi Bale Jaya Dewata

Kompas.com, 24 April 2025, 17:15 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

CIREBON, KOMPAS.com - Nama Bale Jaya Dewata yang disematkan pada kantor Gedung Negara Kota Cirebon di Jalan Siliwangi dipersoalkan warga.

Warga merasa Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi tidak memanusiakan warga Cirebon dengan tidak mengajak urun rembuk terlebih dahulu, tetapi langsung mengubah nama tersebut.

Pantauan Kompas.com di lokasi pada Kamis (24/4/2025) siang, papan nama Bale Jaya Dewata tampak belum lama dipasang oleh petugas.

Sebagian pelengkap masih dalam proses pengerjaan dan belum seutuhnya sempurna.

Baca juga: Keracunan Massal di Cianjur, Dedi Mulyadi: Hati-hati, Cek Higienitas

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, sempat menyebut nama ini. Dedi Mulyadi berencana menggunakan gedung negara ini untuk rapat musyawarah perencanaan pembangunan (musrembang) Provinsi Jawa Barat beberapa bulan mendatang.

"Nanti, pemerintah provinsi akan membantu untuk bersama-sama mengevaluasi (pembangunan)," kata Dedi seusai menghadiri HUT Kabupaten Cirebon pada Senin (21/4/2025) siang.

"Tahun ini kami perjalanan di tengah ya, 2026 sudah ready, pembangunan terencana, dan nanti akan kami mulai di Musrembang Provinsi yang akan diselenggarakan di Balai Jaya Dewata, kantor Gubernur Jawa Barat wilayah Kacirebonan," tuturnya.

Jajat Sudrajat, pemerhati sejarah dan budaya Kota Cirebon, mengaku kaget nama gedung negara berubah. Dia merasa perubahan itu sangat tiba-tiba dan tanpa informasi apa pun sebelumnya.

Baca juga: Dedi Mulyadi Diancam Dibunuh, Pemprov Jabar Respons Serius

Dia menyayangkan sikap Dedi Mulyadi yang langsung mengubah nama tanpa urun rembuk dan meminta pendapat terhadap warga Kota Cirebon, yang kebetulan menjadi tempat kantor gubernur tersebut berada.

"Memang kantor itu milik Provinsi Jawa Barat, tetapi yang bikin saya kaget, kok tidak ada satu pun warga Cirebon yang diajak bicara, entah dari perwakilan keraton, pemerhati budaya, sejarah, sehingga tidak jadi polemik," kata Jajat saat ditemui di Cirebon, pada Kamis (24/4/2025) siang.

Menurut Jajat, Jaya Dewata memiliki nama muda, Raden Pamanah Rasa.

Setelah dinobatkan menjadi raja, namanya berubah menjadi Prabu Jaya Dewata yang memiliki nama lain, Prabu Siliwangi. Kata "Bale" berarti merujuk pada nama tempat.

Adapun, menurut Jajat, Prabu Siliwangi belum pernah ke Cirebon sehingga itu tidak tepat.

Baca juga: Tegaskan Banding Sengketa Lahan SMAN 1 Bandung, Dedi Mulyadi: Kami Yakin Itu Aset Jabar

Jajat mencontohkan nama lain yang menurutnya bisa menjadi alternatif dan lebih tepat, antara lain Panembahan Losari, Pangeran Suci Manah, dan lainnya. Nama-nama tokoh budaya dan sejarah tersebut lebih bisa mewakili.

Sejarah Gedung

Raden Chaidir Susilaningrat, pemerhati budaya Cirebon, menyebut perubahan nama kantor gedung negara tanpa sepengetahuan banyak pihak, termasuk dirinya yang mengaku baru mengetahui melalui media sosial.

Halaman:


Terkini Lainnya
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau