Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi Kritik Kepala Daerah yang Tak Berani Bongkar Bangunan Liar

Kompas.com, 7 Mei 2025, 13:26 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Farid Assifa

Tim Redaksi

CIREBON, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyebut dirinya akan terus melakukan penertiban bangunan liar di sepanjang sungai yang tersebar di wilayah Provinsi Jawa Barat.

Dedi berjanji ingin membenahi lingkungan hidup dari kawasan pegunungan, sungai, hingga muara.

"Nah, hari ini yang saya bongkar, ya saya bongkar, kenapa? Karena sungainya tidak terlihat, jalannya tidak terlihat. Seluruh Jawa Barat dipenuhi oleh warung (bangunan liar)," kata Dedi Mulyadi saat memberi sambutan dalam Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan (Musrembang) Provinsi Jawa Barat di Gedung Negara Bale Jaya Dewata, Kota Cirebon, Rabu (7/5/2025) siang.

Baca juga: Disebut Bapak Tiri karena Jalan Rusak, Dedi Mulyadi: Kenapa Kritik ke Saya?

Dalam proses pembongkaran ini, Dedi beberapa kali menemui kepala daerah setempat.

Dedi terlebih dulu mengonfirmasi sikap kepala daerah atas kondisi tersebut.

Namun, Dedi mengaku jawaban dari kepala daerah tidak sesuai dengan yang diharapkannya.

Pria yang akrab disapa KDM (Kang Dedi Mulyadi) ini menyebut, kepala daerah yang dia temui sudah mengetahui bangunan yang akan dibongkar telah berdiri lama.

Namun, kepala daerah mengaku tidak memiliki keberanian untuk membongkar.

"Bapak tidak berani menertibkan?" kata Dedi.

"Dari dulu, Pak," kata Dedi menirukan jawaban wali kota.

"Iya, saya tahu dari dulu, Bapak berani menertibkan tidak?" jawab Dedi.

"Saya tidak berani, Pak," kata wali kota yang kata-katanya diulang Dedi.

"Ari (kalau) wali kota tidak berani, kumaha lurah? Kalau wali kota saja tidak berani, bagaimana lurah? Nah ini. Ini fakta. Terus apa saya biarkan? Tidak. Saya akan datangi, ajak bicara, dan bicara hak dan kewajiban negara," kata Dedi dengan kesal, yang juga disambut riuh hadirin.

Dedi menyebut, negara harus kuat dan berani menghadapi hal ini.

Karena negara untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi.

Di hadapan kepala daerah bupati dan wali kota se-Jawa Barat, Dedi menegaskan hal ini akan menjadi salah satu fokus pekerjaan dirinya sebagai gubernur.

Dedi menyebut pembangunan yang akan dia lakukan akan berfokus pada tiga aspek utama, yakni perbaikan kawasan pegunungan, sungai, dan daratan.

Dia meyakini tidak akan ada industri yang baik di seluruh Jawa Barat bila tidak memperhatikan lingkungan.

Baca juga: Dedi Mulyadi: Jangan Jadi Gubernur Jabar, Berat Lawan Saya

"Reboisasi hutan, kenapa? Sumber mata air. Ini masa depan bangsa. Tidak akan ada industri di Cirebon, Indramayu, Subang, Karawang, Purwakarta, Bekasi, Bogor, dan di mana-mana, kalau hulu sungainya tidak diselamatkan, kalau tidak ditata, karena kehancuran di gunung akan berdampak pada kehancuran di wilayah lembah (sungai) hingga wilayah daratan," kata Dedi dengan tegas.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau