Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi Rencanakan Relokasi di Bandung Barat, Adopsi Kampung Naga

Kompas.com, 22 Mei 2025, 14:11 WIB
Bagus Puji Panuntun,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi merencanakan pembangunan hunian relokasi rumah terdampak banjir bandang Sungai Cimeta, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, dengan konsep rumah adat Sunda.

Konsep rumah adat yang nantinya akan dibangun untuk hunian warga terdampak banjir itu mengadopsi rumah adat di Kampung Naga, Tasikmalaya.

Sedikitnya, ada 25 unit rumah terdampak banjir di bantaran Sungai Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, yang akan dipindahkan ke lahan baru yang sudah disiapkan seluas 1,2 hektar.

Kepala Bidang Perumahan pada Disperkim Provinsi Jawa Barat, Achmad Haidar, mengatakan hunian rumah relokasi berkonsep rumah adat itu akan menyesuaikan kebutuhan dan kultur masyarakat yang berjalan saat ini.

Baca juga: Korban Banjir Sungai Cimeta Bandung Barat Bakal Direlokasi, Dedi Mulyadi: Dibangunkan Rumah Baru

"Memang arahan Pak Gubernur mengambil contoh rumah adat di Kampung Naga. Paling nanti ada sedikit penyesuaian dengan teknologi yang sekarang dan masyarakatnya. Kan bukan masyarakat adat, jadi akan disesuaikan," kata Achmad, Kamis (22/5/2025).

Proses relokasi sendiri saat ini menemui hambatan dengan adanya penolakan sebagian warga.

Sepuluh dari 37 kepala keluarga yang terdampak menyatakan menolak untuk direlokasi dengan alasan beragam.

Padahal, pemerintah desa sudah menyiapkan lahan Tanah Kas Desa (TKD) seluas 1,2 hektar untuk tempat relokasi 25 unit rumah yang terdampak.

"Kami sudah lihat ke lokasi, tetapi kan harus diukur dulu. Kami sedang meminta kepada ITB untuk melaksanakan (kajian), menyusun rencana dulu," ujar Achmad.

Saat ini, Disperkim masih melakukan kajian dengan mengukur luas rumah dan luasan di lahan milik desa itu.

Baca juga: Korban Banjir Bandung Barat Menanti Janji Dedi Mulyadi, Relokasi Permukiman Belum Juga Mewujud

Kajian itu nantinya akan mengerucut sampai pada nilai anggaran yang harus disiapkan dan target penyelesaian pembangunan hunian.

"Jadi, kan itu relokasi posisi masih asli, jadi harus diukur dulu, tidak bisa langsung dibangunkan. Akan dihitung berapa kebutuhan biayanya, baru setelah itu akan dieksekusi. Harapannya Juli sudah mulai," ucapnya.

Sebelumnya, Kepala Desa Nyalindung, Oo Supriatna, mengatakan jumlah rumah yang terdampak banjir sebanyak 25 unit dengan jumlah penghuni sebanyak 37 KK atau 150 jiwa.

"Syarat untuk relokasi itu adanya kesiapan warga. Yang menyatakan siap direlokasi 27 KK, sementara sisanya menolak direlokasi dengan berbagai alasan," sebutnya.

Warga yang menolak direlokasi ini diduga karena mereka khawatir hunian dan aset yang diberi oleh Pemprov Jabar tidak sesuai dengan nilai aset yang mereka miliki saat ini.

"Alasannya macam-macam. Ada yang karena pertimbangan nilai sejarahnya, aset warisan, sampai kekhawatiran nilai aset pengganti nanti lebih rendah dibanding dengan yang mereka miliki saat ini," ucap Oo.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau