BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi merencanakan pembangunan hunian relokasi rumah terdampak banjir bandang Sungai Cimeta, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, dengan konsep rumah adat Sunda.
Konsep rumah adat yang nantinya akan dibangun untuk hunian warga terdampak banjir itu mengadopsi rumah adat di Kampung Naga, Tasikmalaya.
Sedikitnya, ada 25 unit rumah terdampak banjir di bantaran Sungai Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, yang akan dipindahkan ke lahan baru yang sudah disiapkan seluas 1,2 hektar.
Kepala Bidang Perumahan pada Disperkim Provinsi Jawa Barat, Achmad Haidar, mengatakan hunian rumah relokasi berkonsep rumah adat itu akan menyesuaikan kebutuhan dan kultur masyarakat yang berjalan saat ini.
Baca juga: Korban Banjir Sungai Cimeta Bandung Barat Bakal Direlokasi, Dedi Mulyadi: Dibangunkan Rumah Baru
"Memang arahan Pak Gubernur mengambil contoh rumah adat di Kampung Naga. Paling nanti ada sedikit penyesuaian dengan teknologi yang sekarang dan masyarakatnya. Kan bukan masyarakat adat, jadi akan disesuaikan," kata Achmad, Kamis (22/5/2025).
Proses relokasi sendiri saat ini menemui hambatan dengan adanya penolakan sebagian warga.
Sepuluh dari 37 kepala keluarga yang terdampak menyatakan menolak untuk direlokasi dengan alasan beragam.
Padahal, pemerintah desa sudah menyiapkan lahan Tanah Kas Desa (TKD) seluas 1,2 hektar untuk tempat relokasi 25 unit rumah yang terdampak.
"Kami sudah lihat ke lokasi, tetapi kan harus diukur dulu. Kami sedang meminta kepada ITB untuk melaksanakan (kajian), menyusun rencana dulu," ujar Achmad.
Saat ini, Disperkim masih melakukan kajian dengan mengukur luas rumah dan luasan di lahan milik desa itu.
Baca juga: Korban Banjir Bandung Barat Menanti Janji Dedi Mulyadi, Relokasi Permukiman Belum Juga Mewujud
Kajian itu nantinya akan mengerucut sampai pada nilai anggaran yang harus disiapkan dan target penyelesaian pembangunan hunian.
"Jadi, kan itu relokasi posisi masih asli, jadi harus diukur dulu, tidak bisa langsung dibangunkan. Akan dihitung berapa kebutuhan biayanya, baru setelah itu akan dieksekusi. Harapannya Juli sudah mulai," ucapnya.
Sebelumnya, Kepala Desa Nyalindung, Oo Supriatna, mengatakan jumlah rumah yang terdampak banjir sebanyak 25 unit dengan jumlah penghuni sebanyak 37 KK atau 150 jiwa.
"Syarat untuk relokasi itu adanya kesiapan warga. Yang menyatakan siap direlokasi 27 KK, sementara sisanya menolak direlokasi dengan berbagai alasan," sebutnya.
Warga yang menolak direlokasi ini diduga karena mereka khawatir hunian dan aset yang diberi oleh Pemprov Jabar tidak sesuai dengan nilai aset yang mereka miliki saat ini.
"Alasannya macam-macam. Ada yang karena pertimbangan nilai sejarahnya, aset warisan, sampai kekhawatiran nilai aset pengganti nanti lebih rendah dibanding dengan yang mereka miliki saat ini," ucap Oo.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang